Kisah Abu Nawas: Mengaku Menyukai Hal-hal Fitnah Kemudian Diangkat Menjadi Raja

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Tiga bulan terakhir di pemuda makin stres berat karena hidupnya tinggal beberapa bulan dan kesenangan yang dicari selama ini tidak bisa dirasakan.

Ketika masa jabatannya sebagai raja sudah berakhir, lalu dibuanglah dia ke hutan belantara. Tidak Butuh waktu lama terdengar kabar ke seluruh negeri jika pemuda itu tewas dimakan binatang buas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Adanya peristiwa tersebut membuat orang-orang kian enggan melamar menjadi raja, tapi ternyata masih saja ada pemuda lain yang ingin melamar menjadi raja. Diangkatlah pemuda kedua ini menjadi raja.

Tiga bulan pertama menjadi raja ia puas-puaskan berpesta karena sadar hidupnya tidak akan lama lagi. Tiga bulan kedua dan berikutnya hari-harinya ia habiskan dengan foya-foya dan pesta pora.

Bulan berganti bulan, pestanya makin gila-gilaan. Ia sudah tidak peduli lagi pada apa pun. Dia hanya ingin bersenang-senang sebelum mati setelah jabatannya sebagai raja berakhir.

Lalu dibuanglah dia ke hutan belantara. Tidak berapa lama terdengar kabar bahwa si pemuda kedua tewas diterkam singa. Tubuhnya dicabik-cabik dan jadi rebutan para singa.

Peristiwa ini membuat banyak orang melupakan mimpi menjadi raja. Mereka masih penasaran apakah masih ada orang yang cukup bodoh untuk melamar menjadi raja.

Suatu hari Abu Nawas mampir ke negeri tersebut dengan tujuan menemui sahabat lamanya yang kebetulan merupakan penduduk di sana. Sesampainya di negeri itu dengan penuh kehangatan Abu Nawas disambut temannya. Mereka berdua saling melepas kangen satu sama lain.

Di sela-sela obrolannya, Abu Nawas merasa iba dengan kondisi sahabatnya itu. Ia kini hidup miskin, tinggal di gubuk kecil reot, hanya seorang diri.

“Mana istrimu?” tanya Abu Nawas.

“Semenjak aku jatuh miskin, ia pergi meninggalkanku,” jawab sang sahabat.

“Ya sudah yang sabar ya, yang penting kamu jangan tinggalkan sholat, dan jangan lupa berdoa kepada Allah agar Allah membukakan pintu rezeki untukmu,” tutur Abu Nawas.

“Alhamdulillah aku tidak pernah tinggalkan sholat, bahkan aku sekarang rajin berpuasa sunnah,” balas sahabatnya.

“Oh iya, ngomong-ngomong mana nih makanannya? Dari tadi kenapa belum keluar,” celetuk Abu Nawas.

“Maaf Abu Nawas, aku sudah tidak punya apa-apa. Aku sendiri kadang sehari makan, kadang tidak,” ujar sahabatnya.

Mendengar hal itu membuat hati Abu Nawas makin tersenyum. “Kenapa tidak mencari kerja? Upahnya kan bisa untuk beli makanan?” tanya Abu Nawas.

“Setiap hari aku keluar untuk cari pekerjaan tapi belum juga dapat. Mungkin belum rezekiku,” jawab sang sahabat.

“Kalau mau nekat sih sebenarnya aku bisa, bahkan aku bisa menjadi raja dan kaya raya. Tapi itu hanya sementara, setelah itu aku mati diterkam binatang buas di hutan belantara,” kata sahabatnya melanjutkan.

“Maksudmu bagaimana?” tanya Abu Nawas heran.

Kemudian sahabatnya itu memberi tahu tentang sayembara yang diadakan rajanya. Mendengar sayembara tersebut, Abu Nawas terdiam sejenak. Tiba-tiba terlintas di benak Abu Nawas sebuah ide yang cemerlang.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *