“Kamu ingin hidup kaya? Aku akan membantumu. Sekarang juga antarkan aku ke hadapan rajamu. Aku mau mendaftar menjadi raja,” ucap Abu Nawas.
“Kamu gila ya! Jangan Abu Nawas, itu sama saja bunuh diri,” cegah sahabatnya.
“Sudahlah, turuti saja perkataanku,” timbal Abu Nawas.
Maka diantarlah Abu Nawas ke istana untuk menemui sang raja.
“Ada perlu apa kalian datang kemari?” tanya sang raja.
“Maaf tuan raja, hamba Abu Nawas dari negeri seberang, ingin mendaftar menjadi raja. Itu pun kalau tuan raja mengizinkan,” ucap Abu Nawas.
“Oh tentu saja boleh. Siapa pun dipersilahkan menjadi raja. Tapi ada dua syarat yang harus dijalani,” ujar raja.
“Hamba siap paduka yang mulia. Tapi hamba minta satu permintaan. Izinkan sahabat hamba ini menjadi pengawal pribadi hamba,” kata Abu Nawas sambil menunjuk sahabatnya yang berdiri di sampingnya.
“Oh silakan saja. Saat menjadi raja selama setahun, kau berhak atas segala sesuatunya, termasuk mengatur semua prajurit kerajaan beserta para menteri. Tapi ketika masamu menjadi raja berakhir, sahabatmu juga harus ikut kau dibuang ke hutan belantara,” timpal sang raja.
Sahabat Abu Nawas ini kaget dan sempat menolak dijadikan pengawal pribadinya, namun akhirnya Abu Nawas berhasil membujuknya.
Mendengar ada yang melamar menjadi raja lagi membuat masyarakat penasaran. Sebagian menertawakan kebodohan tersebut, sementara yang lain merasa iba dan kasihan.
Abu Nawas akhirnya diangkat menjadi raja dan diberi segala kemewahan serta kemudahan fasilitas layaknya baginda raja.
Ternyata berbeda dengan dua pemuda sebelumnya, Abu Nawas tidak berpesta pora dan foya-foya, namun ia membuat beberapa tindakan selama menjadi raja.