Jutaan Rakyat Mengecam Dinasti Politik

Jutaan Rakyat Mengecam Dinasti Politik
Dinasti Politik
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Tony Rosyid, Pengamat politik

Hajinews.co.id – Jeger! Situasi mendadak heboh. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Gibran bisa jadi cawapres. Bunyi putusannya: minimal usia capres dan cawapres 40 tahun atau pernah berpengalaman menjadi kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Siapa ketua MK? Paman Gibran. Publik langsung mengecam. Para pengecam bukan hanya pendukung Ganjar dan konstituen PDIP. Kecaman datang dari berbagai lapisan masyarakat. Bahkan, tidak sedikit dari para pendukung Jokowi kecewa dan marah. Ikrar Nusa Bakti adalah salah satunya.

Mantan konsultan politik Jokowi, Eep Syaefullah Fattah, juga memberikan kritik sangat keras. Begitu juga dengan Ahok. Mantan wagub Jokowi di DKI yang sekarang diangkat menjadi komut PT. Pertamina ini tidak kalah keras dalam mengkritik Gibran. Ada juga Aktor dan budayawan, Butet Kartaredjasa, yang dalam video viralnya menelanjangi buruknya perkaderan Gibran.

Terlalu banyak nama para tokoh untuk disebutkan yang melakukan kritik keras dan tajam, bahkan mengecam karier Gibran yang dianggapnya super instan. Demi sang putra, nama Jokowi dipertaruhkan di depan para pendukungnya sendiri, dan partai yang membesarkannya yaitu PDIP.

Terlalu banyak pendukung Jokowi yang sangat kecewa atas putusan MK itu. Uniknya, ini yang justru ditunggu-tunggu oleh Prabowo. Prabowo hanya sreg jika disandingkan dengan Gibran. Kenapa? Dengan Gibran, dukungan Jokowi akan all out. Itu saja.

Bukannya Jokowi itu presiden? Presiden untuk semua capres. Harusnya netral. Itu kata aturan. Formalnya netral. Tapi, apakah dalam praktik Jokowi bisa netral? Bukankah Jokowi sendiri dengan tegas mengatakan “akan cawe-cawe dalam pilpres”. Kalau bukan cawe-cawe buat anaknya, buat siapa lagi? Apakah putusan MK adalah hasil cawe-cawe Jokowi? Publik sepertinya kompak untuk menjawab: iya.

Kalau Jokowi gak cawe-cawe, buat apa Prabowo ngotot untuk didampingi Gibran? Mubazir. Begitulah logika publik.

Dua kali kalah di pilpres, Prabowo trauma. Trauma lawan penguasa. Sebab, penguasa bisa melakukan segalanya. Termasuk melanggar dan menabrak aturan. Lalu Prabowo memutuskan untuk bergabung di kabinet Jokowi. Dari sini gerilya politik dan rencana nyapres 2024 dimulai. Apa yang diinginkan Prabowo tercapai. Ambil Gibran sebagai cawapres. Harapannya: Jokowi sebagai penguasa akan all out mendukung.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *