Matinya BEM Unhas

Matinya BEM Unhas
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Akhirnya perlahan namun pasti, dukungan ke BEM Unhas juga semakin berkurang.

Pejabat rektorat tidak lagi fokus urus bidang kemahasiswaan, anggaran kemahasiswaan semakin minin, hingga dosen yang kurang aware.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Rekayasa Universitas menggiring dan mengantar BEM Unhas menjemput ajalnya, seperti mendapat dukungan dari Kemendikbud.

2 tahun lalu Kemendikbud memutuskan urusan kemahasiswaan di Universitas menjadi urusan dan kewenangan Wakil Rektor (WR) 1, Bukan lagi WR 3.

Membuat kemahasiswaan tidak lagi diurus oleh seorang WR 3, tapi diurusi oleh seorang Kasubag di bawa lingkup kerja WR 1.

Meski UGM dan beberapa univer sitas lainnya, urusan kemahasiswaanya masih tetap menjadi kewenangan penuh WR 3, namun Unhas memilih patuh pada Kemendikbud.

Puncak keprihatinan BEM Unhas mati suri, terjadi sejak di tahun 2008, di masa Prof Paturusi jadi Rektor Unhas.

Tidak ada pengurus dan kegiatannya, aktivitas mahasiswa terkonsentrasi pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berbasis minat dan hobi.

UKM ini, hasil pretelan NKK/BKK dari Dema. UKM dulunya kompartemen di struktur kepengurusan Dewan Mahasiswa (Dema).

Sebelas tahun kemudian, di 2019 Rektorat Unhas melalui WR 3, berinisiatif menghidupkan kembali BEM Unhas.

Namun upaya Prof Arsunan Arsin WR 3 Unhas ketika itu, diklaim lebih sekadar untuk memenuhi syarat pemilihan rektor (Pilrek) Unhas pada 2022 yang mewajibkan ada satu suara mahasiswa di Majelis Wali Amanat a(MWA), diwakili oleh BEM.

Hal ini sesuai statuta Unhas yang sudah PTNBH.

Pasca hajatan itu, BEM Unhas kembali hanya papan nama.

Klaim lain, diduga pejabat Unhas, tidak ingin wakil mahasiswa di MWA, legitimate. Takut kalau mahasiswa Unhas melek, menggunakan 1 suaranya di MWA itu untuk menyuarakan dan menyampaikan aspirasi mahasiswa di forum MWA.

Seperti wakil mahasiswa yang legitimate di MWA, bisa memaksa MWA menggelar rapat, guna MWA meminta Rektor Unhas segera menyekesaikan kasus-kasus pelecehan seksual di Unhas atau meminta Rektorat menghentikan rebutan jabatan di kalangan akademisinya, dan sebagaainya.

Dipastikan jika itu terjadi, karena mahasiswa Unhas tersadar akan hak suaranya di MWA, Rektorat Unhas akan panik, sepanik-paniknya.

Karena pejabat-pejabat Unhas menyebut BEM Unhas kerap buat kampus tidak tenang.

Meski dalam 2 tahun terakhir ini ada upaya menghidupkan kembali BEM, namun tidak terjadi.

Ada kelompok kerja (Pokja) lembaga mahasiswa yang terdiri dari para dosen muda Unhas, bertugas reaktivasi BEM, sudah dua tahun bekerja.

Tapi nyatanya, masih belum kelihatan hasilnya. Jadilah BEM Unhas tak ada bedanya dengan pemeo: adanya seperti tiada.

Nilai Strategis BEM

Rekayasa menggiring dan mengantar BEM Unhas menjemput ajalnya, jelas bukan hanya bertentangan dengan semangat reformasi, bahkan secara tidak langsung membunuh intelektualisme mahasiswa, meredam kritisme mahasiswa yang jadi watak asli mahasiswa.

Betapapun, mahasiswa sebagai agent of change, membutuhkan kanal yang terbuka dan bebas dalam melatih pengalaman akademik sekaligus leadershipnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *