Kultum 361: Persaudaraan Islam Memang Luar Biasa (1)

Persaudaraan Islam
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Satu hal yang perlu seluruh umat manusia ketahui adalah bahwa persaudaraan dalam Islam tidak hanya didasarkan pada kriteria rasional, statis (tidak bergerak) atau kaku. Lebih dari itu persaudaraan Islam tidak rasis, dan terbebas dari kasta, suku, kebangsaan, garis keturunan, latar belakang, tempat asal, dan lain sebagaimnya. Sebaliknya, persaudaraan Islam didasarkan pada pilar Iman dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Jadi sifat persaudaraan Islam itu terbuka untuk semua umat manusia.

Lihat saja, ketika Ikhwanul Muslimin dari semua etnis berkumpul bersama selama ibadah haji. Pemandangan yang ada akan memunculkan pertanyaan, “Seberapa penting institusi persaudaraan dalam Islam? Apa kriteria persaudaraan Islam dan apa kewajiban seorang Muslim terhadap yang lain?”

Mari kita baca lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak tentang persaudaraan dalam Islam dan fitur-fiturnya yang membedakannya dengan persaudaraan yang lain. Persaudaraan Islam sangat menekankan gagasan persaudaraan manusia. Ikatan itu terbentuk sedemikian rupa sehingga sebagian besar Al-Qur’an dan riwayat Nabi dikhususkan untuk lembaga-lembaga persaudaraan Islam.

Yang terpenting dari semua itu, persaudaraan dalam Islam ini tidak didasarkan pada parameter ras, kasta, suku, kebangsaan, garis keturunan, latar belakang, tempat asal, dan sebagainaya. Hal-hal demikian dalam Islam dianggap irrasional, tidak bergerak (statis dan jumud) atau kaku, tetapi pada pilar Iman, iman, dan keyakinan yang tak tergoyahkan sehingga terbuka untuk semua umat manusia.

Hal demikian didasarkan pada firman Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana tercantum dalam surat al-Hujurat ayat 10, Allah berfirman,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ

اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat, ayat 10).

Jadi siapa pun tanpa memandang ras, kasta, atau latar belakang sukunya dapat menjadi bagian dari persaudaraan Islam ini. Dan umat Islam dengan senang hati mengundang non-Muslim untuk menjadi bagian dari persaudaraan dalam Islam ini. Padahal, adalah kewajiban agama umat Islam untuk mengajak non-Muslim memeluk agama Islam.

Dalam mengajak non-Muslim untuk memeluk agama Islam ini, Allah Subahanahu wata’ala berfirman,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ

الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ

رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ

وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya:

Serulah (manusia) jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl, ayat 125).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *