Gus Baha: Ada Derajat yang Tingkat Ketakwaannya Lebih Tinggi

Derajat yang Tingkat Ketakwaannya Lebih Tinggi
Gus Baha
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idDikalangan kita pasti sering mendengar istilah ‘takwa’ dan ‘syukur’. Dua kata ini sudah tidak asing lagi ditelinga kita.

Namun ketika mereka bertanya kepada kita: Seberapa tinggi ketakwaan dan rasa syukur? Agak sulit untuk menjawabnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Merujuk pada kanal YouTube @nyantribarengofficial, ulama karismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan tentang derajat takwa dan syukur. Menurut Gus Baha, rasa syukur berada di atas takwa.

Takwa adalah kesadaran dan ketaatan kepada Allah, sedangkan syukur adalah rasa syukur atas nikmat Tuhan.

“Makanya saya mohon sekali jadi hubungan dengan Allah itu nomor satu itu syukur,” kata Gus Baha.

Gus Baha Pernah Cek Tukang Dugem

“Syukur tuh di atas takwa, di Quran itu ada penjelasannya,” tambahnya.

“Saya pernah ngecek orang yang sekarang dugem menikmati maksiat, dengan orang yang takwa,” katanya.

“Mensyukuri tidak maksiat, itu nikmatnya masih tinggi nikmatnya orang yang syukur karena berhasil meninggalkan maksiat,” terang Gus Baha.

“Makanya kamu yang syukur malam-malam ra due nduit, udud neng kamar, bar kui ngalamun, turu terus ngerti-ngerti isuk,” sebutnya.

“Alhamdulillah gak maksiat, tidak usah bayangkan tahajud, qiyamul lail, kui bagiane ulama, habaib, koe durung maqome,” tandas Gus Baha.

Syukur dan Takwa Ada dalam Surat Ini

Untuk memperkuat pendapatnya, Gus Baha mengutip Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 123 yang menerangkan perihal derajat syukur yang lebih tinggi dari takwa.

فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Maka bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.”

Maksud ayat tersebut, menurut Gus Baha, manusia diperintahkan untuk bertakwa agar memperoleh derajat orang-orang yang bersyukur. Atas dasar pemahaman terhadap teks ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa derajat syukur lebih tinggi dibanding takwa.

Mengutip NU Online, menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib takwa dimaknai sebagai takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar Al-Qur’an (At-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari hari akhir.

Imam al-Ghazali menerangkan pengertian takwa dalam kitab Minhajul ‘Abidin sebagaimana dikutip dari tafsiralquran.id meliputi tiga pengertian. Pertama, taqwa yang bermakna takut serta tunduk. Kedua, taqwa yang bermakna mentaati dan beribadah. Ketiga, taqwa yang bermakna membersihkan hati dari berbagai dosa.

Sementara itu al Qusyairi hakikat syukur menurut ahli hakikat adalah pengakuan atas nikmat Allah, Zat pemberi nikmat, dengan jalan ketundukan.

Senada dengan pendapat al Qusyairi, al Junaid mengatakan bahwa syukur itu adalah kau tidak bermaksiat kepada Allah dengan nikmat-Nya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *