Hikmah Malam: Pernikahan Romantis Nabi SAW dan Aisyah RA di Bulan Syawal

Pernikahan Romantis Nabi SAW dan Aisyah
Pernikahan Romantis Nabi SAW dan Aisyah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idSyawal merupakan bulan yang istimewa. Pada bulan ini, pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA dilangsungkan.

Aisyah RA dikenal dengan nama Ummul mukminin yang artinya ibu orang-orang mukmin. Dia adalah wanita cantik dengan hati yang lembut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Aisyah RA menikah dengan Rasulullah SAW di bulan Syawal. Hal ini berdasarkan pada hadits berikut,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ

Artinya: ‘Aisyah dia berkata, “Rasulullah menikahiku pada bulan Syawal, dan mulai berumah tangga bersamaku pada bulan Syawal, maka tidak ada di antara istri-istri Rasulullah yang lebih mendapatkan keberuntungan daripadaku.”

Periwayat hadits berkata, “Oleh karena itu, ‘Aisyah sangat senang menikahkan para wanita di bulan Syawal.” (HR. Muslim)

Merangkum buku Istri dan Putri Rasulullah oleh Abdullah Haidir dikisahkan bahwa Aisyah RA menjalani rumah tangga dengan penuh perasaan bahagia.

Ia adalah Aisyah binti Abdullah bin Abu Quhafah. Abdullah bin Abu Quhafah adalah nama sebenarnya dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Aisyah RA dilahirkan empat tahun setelah masa kenabian.

Aisyah RA adalah perempuan mulia, ia dikenal dengan julukan Ash-Shiddiqah (wanita yang jujur dengan keimanannya). Hal ini yang membuat dirinya terkadang disebut dengan istilah Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq.

Ibunda Aisyah bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir Al-Kinaniyah. Sang ibu dikenal sebagai wanita salihah yang telah masuk Islam sejak awal dakwah Rasulullah SAW. Ayah dan ibu Aisyah RA adalah kalangan orang-orang beriman yang dekat dengan Rasulullah SAW.

Setelah menikah, Rasulullah SAW memberi julukan khusus kepada Aisyah RA yakni humairah yang artinya putih kemerah-merahan. Julukan ini diberikan karena Aisyah RA memiliki kulit yang putih dan wajah merona kemerahan.

Kisah Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA

Rasulullah SAW menikahi Aisyah RA pada bulan Syawal, kurang lebih setahun sebelum Hijrah ke Madinah. Pernikahan tersebut baru sebatas akad karena selama di Makkah, Aisyah RA tidak langsung tinggal bersama Rasulullah SAW.

Dua tahun setelah Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, Aisyah RA menyusul bersama ibundanya. Tepat pada bulan Syawal, Aisyah RA tinggal serumah dengan Rasulullah SAW.

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA berawal dari Khaulah binti Hakim, istri Utsman bin Maz’un, yang memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah SAW terkait pernikahan sepeninggal Khadijah RA.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW memberi isyarat bahwa beliau masih menginginkan meminang perempuan. Kemudian, Khaulah menawarkan Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq RA yang masih gadis atau Saudah binti Zum’ah yang sudah janda.

Singkat cerita akhirnya Rasulullah SAW menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Aisyah RA menuturkan tentang pernikahannya dengan Rasulullah SAW, “Rasulullah SAW menikahi aku ketika aku berusia enam tahun, kemudian kami berangkat (hijrah) ke Madinah, kami singgah di rumah Al-Harits bin Khazraj. Lalu aku menderita demam, rambutku rontok, sehingga di pundakku banyak terdapat rambut rontok.”

Ummu Ruman, ibunya, datang menghampiri Aisyah yang berada di atas dipan bersama teman-temannya. Lalu, sang ibu memanggil Aisyah RA dan membawanya hingga di depan pintu sebuah rumah. Aisyah RA bercerita, nafasnya terasa tersengal-sengal kemudian reda lagi.

Lalu ibunya mengambil air dan mengusapkan ke wajah dan kepala Aisyah RA. Kemudian, sang ibu mengajak Aisyah RA masuk ke dalam rumah. Ternyata di dalamnya terdapat ibu-ibu dari kalangan Anshar.

Mereka berkata, “Engkau mendapatkan kebaikan dan berkah, semoga bahagia.”

“Kemudian dia menyerahkan aku kepada mereka, lalu mereka merapikan diriku. Tanpa aku perkirakan, Rasulullah SAW datang di waktu Dhuha, maka dia menyerahkan aku kepadanya. Ketika itu aku berusia sembilan tahun,” demikian cerita Aisyah RA.

Di lain waktu, Aisyah RA mengatakan bahwa Nabi SAW menikahi dirinya pada saat ia berusia enam tahun dan menggaulinya pada saat dia berusia sembilan tahun.

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA tidak semata-mata berdasarkan hawa nafsu belaka. Suatu ketika, setelah menikahi Aisyah, Rasulullah SAW berkata kepadanya,

“Aku bermimpi diperlihatkan engkau sebanyak dua kali. Engkau berada dalam penutup kain sutra, lalu ada yang berkata, ‘Inilah istrimu, singkaplah,’ Ternyata dia adalah engkau. Maka aku katakan, jika ini bersumber dari Allah, niscaya Dia akan mewujudkannya.”

Aisyah RA menjadi wanita yang sangat mulia di usianya yang belia. Namanya dikenang sebagai perempuan yang cerdas, memiliki ilmu yang sangat luas khususnya dalam bidang fiqh, dan dia juga perempuan yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW.

Sebagai istri yang dipersunting sejak usia dini, Aisyah RA mendapat curahan ilmu dan keimanan yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Ia memiliki kemampuan untuk menerima dan memahami banyak hal besar, baik secara fisik, kecerdasan maupun kejiwaan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *