Hikmah Malam : Berkurban, Hidup Mendekatkan Diri Pada Tuhan

Berkurban, Hidup Mendekatkan Diri Pada Tuhan
Berkurban
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idTersebar di berbagai jejaring sosial. Di media TV dan situs YouTube. Kisah sepasang kekasih yang merayakan hari raya kurban. Saat ini tidak mudah bagi orang untuk mendapatkan uang. Namun melalui perjuangan yang panjang. Setiap tahun. Hanya karena adanya kambing yang harus disembelih sebagai ibadah di Hari Raya Kurban.

Salah satunya adalah seorang nenek pemulung di sebuah kota pinggir jalan. Ia datang membawa cucunya untuk menjual hewan kurban.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di pinggir jalan kota. Dia mencapai salah satu kambing yang dijual untuk kurban. Nenek dan cucunya mulai memperluas pandangan mereka. Memperhatikan kambing yang sesuai dengan sejumlah uang yang ada di tangan.

Lama ragu akan kecukupan jumlahnya uang. Nenek bertanya kepada penjual kambing. Berapaan harga kambing yang di seluruh kandang ini. Penjual pun menuturkan variasi harga. Mulai dari yang kisaran harga murah, sampai harga paling larang.

Kembali nenek tak putus harapan. Ia menanyakan harga yang paling rendah dari seluruh isi kandang. Si penjual mematok harga pas, dua juta rupiah. Harga seekor kambing termurah yang dia jual.

Memancar rasa puas di raut wajah nenek. Wajah keriput beralaskan tulang. Akibat tahunan memaparkan diri. Pada sinar terang matahari si setiap tepian jalanan.

Sadar akan tabungannya yang sesuai harga jual. Asa-nya bagai terdongkrak terbang. Harapan untuk mendapat hewan kurban sempurna menjadi kenyataan. Uang tabungan pas sama dengan penawaran sang penjual hewan kurban. Dua juta rupiah.

Sontak nenek itu menyetujuinya. Dompetnya besar. Maklum dari kantong plastik, mungkin hasil memungut bekas orang membuang.

Sambil gugup penuh haru penjual kambing menghitung sejumlah banyak uang. Ada seribuan, dua ribuan, selebihnya uang recehan.

Sampai pada koin terakhir, fantastis. Nilai uang itu ternyata pas dua juta rupiah.

Sambil merinding menahan haru. Penjual hewan kurban pergi menuju lokasi kambing yang besar. Harganya empat juta. Sembari dia mengantarnya kepada nenek dan cucunya. Sang nenek tak lagi dapat menahan bungah yang berkelimpahan. Dipeluk dan diciumnya kambing itu berulang-ulang.

Tak terhitung berapa kali kalimat syukur yang ia bilang. Kepada penjual kambing terlebih kepada Tuhan. Lalu ia berlalu bersama cucunya mengantarnya ke panitia hewan kurban.

Sikap, Kuat Ikat Harta

Sudah jamak di semua pendapat. Bahwa terhadap harta manusia kuat mengikat. Pasti kecuali mereka yang selamat.

Karena cinta kepadaNya, menariknya kepada nikmat yang teramat sangat. Kebahagiaan dan kesenangan dunia-akhirat.

Ketika keuangan masih merambat. Ada saja alasan yang menghambat untuk biaya kurban. Padahal kelimpahan rahmatNya memikat.

Masih jelas terngiang tausiyah Bapak Kiyai. Yang sering memberi ingat. Bahwa berkurban di hari raya Ied Adha adalah ibadah yang mengundang nikmat. Nikmat dunia akhirat.

Seluruh upaya untuk berkurban, secara detail semuanya dihitung Tuhan. Setidaknya, akan menjadi alasan Tuhan untuk menganugerahkan pahala bagi yang melaksanakan. Pahala antara lain berupa kehidupan yang lebih lapang, nyaman, bahagia sejahtera penuh harapan, agar hidup selalu senang.

Duh, kalau melihat hitungan balasan pahala berkurban. Jejak kaki hewan kurban diperhitungkan. Makanan yang dimakan. Daging, darah, tulang, kulit, bahkan setiap jumlah bulu hewan kurban pun diperhitungkan. Demikian Maha Sempurna Tuhan yang Maha Raja di Hari Pembalasan.

Kaya Dunia, Kaya Jiwa

Kekayaan, biasa digambarkan dengan rumah mewah berhalaman lapang. Merk kendaraan tak banyak dipunyai orang. Butiran berlian asli yang menyilaukan. Jam tangan miliaran, tas-tas koleksi disainer terpandang. Semuanya mengundang mata dunia tak bosan menyapu pandang. Boleh jadi mengundang impian semua orang.

Di sisi lain, hati mulia dermawan demi orang lain. Apalagi dirinya sangat kesulitan. Dipastikan dia memiliki kualitas jiwa yang tak mudah ditandingkan.

Apalagi, itu dibuktikannya di ‘depan’ Tuhan. Melalui disembelihnya hewan kurban. Hasil mengumpulkan uang sebilang-demi sebilang. Pastilah bukan hal yang gampang.

Sudahkah kita menyiapkan kurban untuk lebaran menjelang? Allaahumma seluruhkan cinta di hati ini hanya kepada Engkau. Ikhlash-kan setiap kami untuk menghaturkan hewan kurban. Di hari lebaran 10, 11, 12, 13 Zulhijjah, 1445 H.

Bukti asli kedekatan hamba (kami) kepada Tuhan, aamiin.

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *