Pernah di masa Rasulullah saw. seorang perantauan kehabisan bekal. Ia datang
ketika hari petang menjelang malam. Bukan hanya habis bekal. Ia pun mengeluh lapar.
Demi di rumah Rasulullah tidak tersedia makanan. Beliau menawarkan kepada para sahabatnya siapa yang berkenan menjamu musafir itu.
Spontan satu orang mengacungkan tangan, Abu Thalhah al-Anshari. Ia berkenan menyiapkan makan untuk sang musafir.
Diajaklah orang asing itu ke rumahnya. Sesampai di rumah, ia menyampaikan pesan kepada istrinya, Ummu Sulaim agar menyiapkan makan.
Namun sayang, istrinya bilang makanan yang ada hanya cukup untuk satu orang. Untuk anaknya yang juga belum makan.
Sontak Abu Thalhah menyiapkan strategi pengamanan. Istrinya diminta menidurkan putranya lebih awal. Agar ketika sampai jam makan, putranya sudah ketiduran.
Piring satu disiapkan untuk tamu. Abu Thalhah siapkan piring tampa isi makanan. Ada sendok sebagai strategi pengaburan.
Agar berbunyi seolah dirinya menemani makan sang musafir yang telah diundangnya makan.
Lampu dimatikan. Strategi gampang agar tak menjadikan tamu paham kalau tuan rumah siapkan piring tampa isi makanan.
Tamu lahap menyantap hidangan. Sementara Abu Thalhah, istrinya, berikut putranya lewatkan malam tampa secuil makanan.
Esok harinya Abu Thalhah menuju Rasulullah untuk melaporkan kejadian semalam. Namun sebelum Abu Thalhah berbincang kejadian semalam. Sambil tersenyum
Rasulullah berujar, “Wahai Abu Thalhah, Allah SWT kagum dengan perbuatanmu menjamu tamu semalam.”
Allah berkenan kepada Abu Talhah dan keluarganya atas perbuatan mereka tadi malam. Malaikat Jibril as. menyampaikan
berita itu kepada Rasulullah sebelum Abu Thalhah datang.
Karakter, akhlak biasa mendahulukan kepentingan orang lain dalam kebaikan, adalah perbuatan taqwa. Bekal taqwa menjadikan orang terselamatkan. Siapa yang berbekal taqwa mudah menggapai tujuan, mudah memperoleh bantuan tepat pada waktu yang dibutuhkan di mana pun dan kapan pun. Tidak harus melalui logika yang biasa dipahamkan orang. Presenter senior kenamaan itu menceritakan bukti apa adanya.
Perilakunya selaras dengan tauladan Abu Thalhah dan keluarganya. Gemar mendahulukan orang lain, menjadi dasar perilaku shalehnya. Perilaku taqwa. Perilaku yang diridlai Tuhan. Ia memperoleh sekian banyak kemudahan yang sulit dilogikakan.
Siapa pun kita, kemana pun arah kita menuju, taqwa adalah pilihan utama sebagai bekal. Terlebih dalam berhaji, bekal taqwa merupakan bekal yang dipilihkan Tuhan.
Hayo kita upayakan, untuk selalu berbekal taqwa dalam setiap perjalanan. Utamakan orang lain daripada diri sendiri untuk setiap keperluan maslahat di jalan Tuhan.
Kita berlatih dan terus latihan. InsyaAllah kita pun bisa disayang Tuhan. Ditolong Tuhan kapan pun kita memerlukan!
Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.