Menurut Ustad Hilmi, istilah ini dipakai setelah istilah ‘radikal’ sudah dianggap usang.
“Karena radikal sudah usang, maka dipakailah istilah baru mabuk agama,” tulis Hilmi Firdaus di twitternya, Kamis (4/3).
Cuitan itu diduga menyindir pegiat media sosial, Ferdinand Hutahaean yang menilai bahwa banyak negara hancur karena mabuk agama, bukan mabuk minuman keras.
“Lalu disebutkan lah negara-negara Arab yang sedang konflik akibat mabuk agama,” kata Hilmi Firdaus.
Hilmi mengatakan, negara yang konflik itu justru karena jauh dari agamanya sehingga muda diadu domba.
“Bung, negara-negara yang konflik itu justru sedang jauh dari agama dan mudah diadu domba. Btw, tau ga kenap para pahlawan muslim negeri ini berhasil mengusir penjajah?,” katanya.
Sebelumnya, Ferdinand Hutahaean menilai tidak ada negara yang hancur karena legalitas industri miras. Akan tetapi, banyak negara yang hancur karena mabuk agama.
“Setau saya, di mula bumi ini, belum ada satu negara pun yang hancur karena legalisasi industri minuman beralkohol, dan tidak ada satupun yang luluh lantak karena mabok alkohol. Tapi setau saya sudah banyak negara yang hancur berantakan karena perang yang didasari mabok agama,” ungkap Ferdinand.
Sumber: fin