Hajinews.id,- Ghibah adalah membicarakan kejelekan orang lain atau sering disebut bergunjing. Dalam Islam ini termasuk akhlak madzmumah atau akhlak yang jelek perusak pahala.
Walaupun ia adalah perkara yang ringan di lisan manusia, namun besar timbangan dosanya di sisi Allah -Azza Wa Jalla. Sebab Allah -Ta’ala- menyamakan orang yang mengghibahi orang lain seperti orang yang makan bangkai saudaranya sendiri. Allah -Azza Wa Jalla- berfirman,
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Dan janganlah sebahagian kamu mengghibahi sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”
_(QS. Al-Hujurat: 12)_
DEFINISI GHIBAH
Ghibah secara bahasa berasal dari kata Al-Igtiyaab (الإِغْتِيَابُ) artinya membicarakan kejelekan seseorang dibelakangnya yang harusnya ditutupi atau sesuatu yang akan membuatnya sedih jika ada pada dirinya. [Lihat Taajul ‘Uruus min Jawaahiril Qomus (501/3)]_
Adapun secara istilah disebutkan oleh Al Munawiy -Rahimahullah- “Ghibah adalah menyebutkan aib seseorang tanpa sepengatahuannya baik secara Lafazh, isyarat maupun penggambaran.”
_[lihat Faidhul Qodiir (3/166)]_
Hal tersebut akan semakin jelas jika kita menyimak pemaparan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang makna Ghibah dalam hadits Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu-. Beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah lalu berkata, “Memperbincangkan tentang saudaramu dengan apa yang ia benci.” Kemudian ada yang berkata, “Bagaimana menurutmu apabila perkataanku tentang saudaraku itu benar?” Rasulullah menjawab, “Apabila perkataanmu tentang saudaramu benar, maka berarti engkau telah mengghibahinya (menggunjingnya), dan jika perkataanmu tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka engkau telah melakukan kebohongan terhadapnya.”
_(HR. Muslim)_
Jadi, Ghibah berarti menggunjing atau membicarakan aib orang lain ketika ia tidak ada, yang mana hal itu akan menimbulkan rasa tidak suka jika orang tersebut mengetahuinya.
*وَاللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابُ*