Ta’lim Bersama Didin Hafiduddin Tafsir Surat Ash-Shaffat 109-112

Foto: hidayatullah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Disarikan Oleh: Bustanul Arifin

1. Alhamdulillah, pada Hari Ahad, 3 Ramadan, kita akan teruskan Tafsir Ash-Shaffat 109-112. ”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shalih”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ayat ini berkaitan dengan sejarah, sejarah keluarga Nabi Ibrahim AS. Kita paham bahwa banyak Alquran pun berkaitan dengan sejarah, terutama sejarah orang besar dan berprestasi dan sejarah orang-orang yang buruk. Misalnya, sejarah Abu Lahab yang buruk dan abadi selamanya, dijelaskan dalam Alquran. Penguasa yang buruk ada pada Fir’aun, orang kaya yang kikir ada pada Qarun. Semuanya menjadi ibrah atau pelajaran bagi kita yang hidup sekian ribu tahun kemudian. Fakta sejarah yang diungkap dalam Alquran itu adalah kebenaran, tidak ada satu keraguan pun di dalamnya.

2. Nabi Ibrahim adalah figur yang baik, keluarga yang baik. Keluarga yang memiliki visi dan misi perjuangan. Pertahanan pertama ada dalam keluarga, atau konteksnya di sini adalah suatu ketahanan keluarga yang berdimensi ke depan.

Ramadan di dalam rumah seperti sekarang perlu kita gunakan untuk membangun keluarga yang baik, membangun peradaban yang konstruktif ke depan, peradaban yang memiliki nilai-nilai kemanusian, bukan yang kuat menindas yang lemah, negara yang kuat menindas yang lemah dan sebagainya. Nabi Ibrahim AS membiasakan bekerjasama dan bekerja bersama dengan anak.

Nabi Ismail AS dari muda telah diajak membangun Kabah, kemudian berdoa bersama. Anak-anak kita perlu diajak memiliki visi ke depan, jangan biarkan anak-anak kita memiliki visi sendiri, tapi perlu diajarkan untuk memiliki visi sesuai dengan agama dan peradaban kemanusiaan yang diridhai Allah SWT.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Baqarah 127-129, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami manasik (cara-cara dan tempat-tempat) ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana.”

3. Teladan sejarah yang dibawa Nabi Ibrahim AS ini amat luar biasa, mengajarkan anak (Nabi Ismail) untuk membangun atau meninggikan ka’bah (Baitullah), mempersiapkan peradaban manusia untuk masa depan, dan berdo’a agar anak keturunannya menjadi hamba Allah yang tunduk patuh kepada Allah, dan mendapat seorang Rasul yang mengajarkan ilmu dan hikmah termasuk detail cara beribadah.

Bulan Ramadan adalah bulan doa. Pintu langit dibuka 24 jam, berdoa apa saja, pasti dikabulkan Allah SWT, apalagi pada seperti malam. Sebelum sahur dan sesudah sahur, perbanyaklah berdoa kepada Allah SWT.

Bahkan pada Hadist Qudsi dijelaskan, bahwa Allah SWT “turun ke langit dunia” untuk menyaksikan mana saja hamba-Nya yang beribadah dan berdo’a kepada-Nya. Do’a dari 3 kelompok orang berikut ini akan dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu: orang musafir untuk kebaikan, orang sakit, dan doa orang berpuasa.

Dalam hadist lain, ditambahkan dengan yang ke-4 yaitu orang yang berjuang di jalan Allah. Di sini pun menggambarkan betapa pentingnya doa itu. Kita mengadu kepada Allah. Doa untuk kebaikan bangsa, apalagi pada zaman Pandemi Virus Corona, yang menggetarkan kehidupan manusia, menggetarkan hati manusia, membuat kita takut.

Wajar, kita manusia. Tapi, kita punya Allah yang akan menjaga kita. Kita berdoa kepada Allah yang terbaik kepada keluarga kita Dalam berdoa pun, kita jangan ragu, tapi harus yakin, bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah SWT. “Ud’uunii astajib lakum”.

Berdoalah kepadaku, pasti aku akan kabulkan. “Ud’uullah, wa antum muqinuuna bil ijabah”. Berdoalah kepada Allah. Dan kalian yakin akan dikabulkan. Allah tidak akan menerima orang yang berdoa dengan asal-asalan, kurang yakin, kurang konsentrasi.

4. Dalam keluarga perlu sering berkomunikasi antara orangtua dan anak. Orangtua tidak otoriter kepada anak. Orangtua perlu menjadikannya sebagai uswah, sebagai teladan. Rasulullah SAW itu mengajarkan kepada anak-anak dengan tidak banyak-banyak, umumnya tiga hal saja, bukan 1000 sekaligus.

Pertama, pelajaran itu dimulai dari sedikit, toh nanti akan berakumulasi menjadi banyak. Kedua, pelajaran itu harus disertai pembiasaan. Ramadan itu adalah bulan untuk latihan, untuk pembiasaan kepada hal-hal yang baik.

Misalnya, infaq atau memberi kepada orang lain itu perlu menjadi suatu lifestyles atau kebiasaan dalam keluarga. Saat ini banyak sekali orang-orang yang membutuhkan. Setelah itu, yang ketiga, pelajaran perlu keteladanan, perlu contoh.

Orangtua dan guru perlu menjadi teladan yang baik. Ini interospeksi bagi kita para da’i, ustadz, guru, dosen dan lain-lain, agar tidak hanya pandai memberikan pelajaran atau nasehat, tetapi perlu memberi contoh yang baik. Para pemimpin bangsa juga perlu menjadi contoh dan tauladan yang baik.

Bayangkan, generasi yang terbaik adalah yang dididik melalui teladan Rasulullah SAW, menghidup-suburkan ibadah kepada Allah, dan menghidup-suburkan keshalihan sosial, memikirkan orang lain, kaum du’afa’ dan mereka yang membutuhkan dll. Kita perlu hidupkan kembali nuansa pendidikan islami, dimulai dari keluarga kita dengan pendidikan berjenjang seperti di atas.

5. Nabi-nabi yang mulia itu diberikan gelar oleh Allah SWT. Misalnya, Nabi Ibrahim AS diberi gelar sebagai Hamba Allah yang beriman, yang benar-benar yakin kepada Allah, bukan sekadar pengakuan saja.

Sampai, ketika ada perintah untuk menyembelih anaknya pun, Nabi Ibrahim AS pun yakin bahwa perintah itu datang dari Allah SWT. Surat Al-Hujurat, ayat 15 menjelaskan hakikat orang yang beriman,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.

Kita perlu mendidik anak-anak kita agar tidak perlu ragu-ragu ini dalam beriman. Menariknya, penghubung di dalam ayat ini menggunakan kata hubung “tsumma”, yang maksudnya bahwa pencapaian tingkat iman itu perlu proses, perlu waktu agar mencapai tingkat keimanan yang benar dan mengasilkan ketenangan hidup. Orang yang beriman itu berkaitan dengan amanah, dapat dipercaya.

Menjadi orang tua harus amanah. Menjadi pejabat publik harus amanah. Pertanggung jawaban tentang amanah atau kepercayaan itu tidak hanya kepada manusia, tapi kepada Allah SWT.

Bahkan ada Hadist Rasulullah SAW yang menegaskan, “Tidak beriman, bagi orang-orang yang tidak dapat memegang amanah. Tidak beragama, bagi orang-orang yang tidak menepati janji”.

Jangan main-main, misalnya dalam kampanye dengan berjanji ini, berjanji itu, tetapi tidak ditepati. Amanah itu akan mengundang rizki. Jika kita amanah, insya Allah akan mendatangkan rizki. Amanah itu sangat bertentangan dengan khiyanah.

Ingat, khiyanah itu justru akan menarik kefakiran, menarik kemiskinan kefakiran rohani, alias kerakusan. Orang yang tidak amanah, biasanya tidak pernah bersyukur, karena dilandasi kemiskinan rohani, alias tamak.

Jauhilah sifat tamak, rakus, karena sesungguhnya ketamakan itu adalah kefakiran yang nyata. Kita berdoa kepada Allah, agar keluarga kita dan masyarakat kita mendapat keberkahan. Demikian tafsir Ash-Shaffat ayat 109-112. Insya Allah kita teruskan pada Ahad mendatang. Mari kita tutup dengan do’a kiffarat majelis.

Terima kasih, semoga bermanfaat. Salam.

(*/fur)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *