Ramadhan, Covid, dan Great Habit: Nabinya Bisnisman, Umatnya kok Tidak

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Ali Murtadlo

Direktur Utama Kabar gembira Indonesia (KGI)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ini tidak hanya jadi pertanyaan ibu. Tapi, kita semua,” kata Dahlan Iskan (DI) menjawab pertanyaan seorang Ibu mengapa Orang Islam kok tidak banyak yang berbisnis pada acara Ngabuburit Yayasan Dana  Sosial Al-Falah (YDSF) via zoom kemarin.

“Padahal nabinya bisnisman. Maharnya saja ada yang mengatakan 99 unta pilihan. Itu kan kalau sekarang, 99 Ferari,” kata Menteri BUMN 2011-2014 yang kini sering jadi coach bisnis anak muda  ini. Ustad Ir Misbahul Huda MBA yang menjadi moderator menambahkan: padahal sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berdagang.

Lanjut begawan media ini: “Sekarang di Jawa Timur saja, coba cari konglomerat muslimnya satu saja. Ada teman saya, baru saja meninggal dunia. Pemilik Kelola Mina Laut, pengusaha ikan,” katanya. “Tapi, kalau cari politisi banyak sekali, kiai banyak sekali.”

Penulis DI’s Way tiap pagi ini, juga mendapat berbagai pertanyaan. “Pak DI, saya sebetulnya sudah punya pekerjaan, tapi saya ingin juga belajar  bisnis. Tapi, takut rugi. Apa ada kiatnya agar tidak rugi?” tanyanya.

“Saran saya, Bapak tidak usah bisnis. Untuk apa? Orang hidup itu kan ingin bahagia. Bapak sudah ada pekerjaan. Mengapa bapak ingin menderita,” jawabnya. “Mengapa?” lanjut DI,” rugi itu napas bisnis, laba itu juga napas bisnis. Kalau gak mau rugi, jangan bisnis.” Tanya hatinya sekali lagi untuk menguji niat yang kuat: Masih ingin tetap bisnis? Siap rugi?” “Kalau perlu,” tegas DI, “tanya dua kali lagi untuk benar-benar memantapkan hati.”

Kalau jawabnya, tetap ingin bisnis, sarannya: “Begini, jika punya uang 100 juta, pakai 30 jutanya saja. Jika rugi, tidak habis sama sekali, masih bisa makan.” Tapi, lanjutnya: “Ini juga kurang bagus. Karena tidak membuat all out. Coba kalau yang dipakai bisnis 100 juta semuanya, pasti all out. Pasti bisnisnya kaffah.”

Yang menggembirakan, kata DI, banyak anak muda Islam sekarang ini sudah memilih jalan berbisnis. “Kalau dulu, tirakatnya kita itu menahan lapar, hidup sederhana, tapi kalau sekarang anak-anak muda tirakatnya dengan kerja keras. Dulu, jilbab dua saja sudah cukup, sekarang kerja keras untuk bisa membeli aneka ragam jilbab.”

Ada saran yang sangat berharga untuk kita perhatikan ketika ditanya bisnis pada masa Covid sekarang ini. “Memang sulit, tapi jangan sekali-kali lari dari kesulitan. Hadapi kesulitan sampai kita memenangkannya. Jangan lari, karena di tempat lain pasti juga akan kita temui  kesulitan.”

Ketika ditanya bagaimana mendatangkan pemodal, DI mengatakan begini: Perusahaan kita harus jadi perusahaan yang cantik dulu. Cantik itu, ada yang sangat cantik, supercantik, luar biasa cantik. Gojek itu cantik sekali. Nilainya 9. Pasti pemodal berdatangan. Di dunia banyak sekali orang berkelebihan uang yang berburu perusahaan cantik. “Jadi percantik perusahaan kita. Pemodal akan datang dengan sendirinya.”

Terakhir, DI memberikan saran agar jadi pengusaha tidak berharap kepada siapa saja. “Tidak berharap kepada orang lain, juga tidak berharap kepada pemerintah. Bisa jadi korban PHP. Itulah karakter bisnisman. Mandiri, tidak bergantung siapapun,” katanya mengakhiri diskusi karena sudah menjelang buka puasa.

20 Mei 2020, Ba’da Asyar

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *