dr Tifauzia: Tega Banget Presiden Disuntik Vaksin yang Efektivitasnya Cuma 50,4 Persen

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id – Pemerintah Brazil mengatakan vaksin Covid-19 yang dikembangkannya bersama Sinovac Biotech Ltd dari Cina memberi tingkat efikasi 50,38 persen dalam mencegah kasus positif Covid-19. Vaksin Sinovac itu masih di ambang batas yang dipersyaratkan regulator global untuk bisa disetujui digunakan secara darurat di negara itu–namun jauh di bawah yang diumumkan pekan lalu yang sebesar 78 persen.

Ahli epidemiologi dr Tifauzia Tyassuma tercengang saat mengetahui bahwa efektivitas vaksin Sinovac hanya 50,4 persen. Peneliti yang akrab disapa dr Tifa ini mengkritik Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Wamenkes Dante Saksono Harbuwono karena membiarkan Presiden Jokowi disuntik vaksin yang efektivitasnya hanya 50,4 persen.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Tega banget sih Anda membiarkan, Presiden Republik Indonesia, Lambang Negara, Orang Nomor Satu Indonesia, disuntik vaksin yang efektivitasnya cuma 50,4 persen?,” kata dr Tifauzia, dikutip hajinews.id dari laman Facebooknya, Tifauzia Tyassuma, Rabu (13/1).

Dokter Tifa menyatakan mendukung Presiden Jokowi yang berani berkorban menjadi orang pertama untuk divaksin.

“Masa Presiden Negara terhormat dan kita banggakan ini, dapat jatah vaksin yang tidak setara mutunya dengan vaksin yang diberikan untuk Kepala Negara yang lain? Saya bukan takut sama efek sampingnya,” tandas dr Tifa.

Ia menyebutkan bahwa dokter kepresidenan akan deg-degan, bahkan keringat dingin untuk memastikan Presiden Jokowi baik-baik saja.

“Masalahnya yang lebih esensial adalah: Di mana harga diri kita sebagai bangsa. Masa Presiden RI kita biarkan disuntik vaksin 50,4?,” pungkas dr Tifa.

Sebenarnya, berapa batas minimal efektivitas vaksin Covid-19 yang harus dicapai sehingga aman digunakan?

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, angka efektivitas minimal yang harus dicapai pengembang vaksin Covid-19 adalah 50 persen.Hal itu berdasarkan ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal tahun ini. Namun, dengan situasi saat ini, khususnya setelah muncul strain baru Covid-19, menurut Dicky, akan lebih ideal dan lebih aman di atas 70 persen.

Sementara, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac aman digunakan. Meski demikian, berdasarkan analisis terhadap hasil uji klinis vaksin, Sinovac tetap menimbulkan efek samping.

Efek samping lokal yang ditimbulkan vaksin Sinovac berupa nyeri, iritasi, dan pembengkakan.Sementara, efek samping sistemik berupa nyeri otot, fatigue, dan demam. Kemudian, frekuensi efek samping dengan derajat berat berupa sakit kepala, gangguan di kulit atau diare yang dilaporkan hanya sekitar 0,1 sampai dengan 1 persen.

“Efek samping tersebut merupakan efek samping yang tidak berbahaya dan dapat pulih kembali sehingga secara keseluruhan kejadian efek samping ini juga dialami pada subjek yang mendapatkan plasebo,” ujar Kepala BPOM Penny Lukito dalam konferensi pers daring, Senin (11/1/2021). (Sitha/dbs)

 

 

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *