Saatnya Peduli untuk Sehat Bersama [SERI EDUKASI 3]

Ilustrasi (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,MKes : Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI

Ada 35 % tidak patuh Protokol Kesehatan Cegah Covid-19 Ada 10 % menganggap Vaksin Covid-19 tidak berguna.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Prof.Craig Considine mengingatkan pesan Nabi Muhammad

Hajinews — Masyarakat dikagetkan khabar dari Prov.NTT, dimana media online INews menulis judul berita “Takut Disuntik Vaksin Covid-19, Warga Satu Dusun Sembunyi Di Hutan”.

Sejak dimulai Vaksinasi, penulis ketemu beberapa orang kenal maupun belum kenal yang bicara atau menyampaikan pendapatnya yang tidak mau di vaksin, dengan berbagai alasan.

Warta Ekonomi.co.id terbitan 25 Januari 2021 memuat hasil survey di akhir tahun 2020 dengan 1.252 respondens dengan tehnik sampel probabilitas. Hasilnya, 40,3% responden percaya vaksin COVID-19 merupakan cara terefektif menghentikan COVID-19. Namun dilaporkan 16% responden kurang tertarik dengan vaksin.

Hampir 70% tidak tertarik Vaksinasi Covid-19 karena khawatir dengan efek samping vaksin. Lebih dari 30% mengatakan belum butuh Vaksin. Sebagian lagi yaitu 17% merasa tidak sejalan dengan keyakinannya. Bahkan ada 10% menganggap Vaksin tidak ada gunanya.

Sementara itu BPS menginformasikan hasil survey daringnya yang dilakukan pada September 2020 adanya 17% responden yang yakin atau sangat yakin dirinya tidak akan tertular Covid-19.

Dikaitkan dengan target Vaksinasi sebagaimana pernah dikemukakan Menteri Kesehatan Ir.Budi Gunadi Sadikin bahwa target Vaksinasi harus mencapai diatas 70% agar tercapai kondisi terlindungi yang disebut Herd Immunity.

Herd Immunity adalah Kekebalan kelompok yang tercapai setelah sebahagian besar populasi menjadi kebal dari infeksi virus karena mendapat Vaksin maupun terinfeksi sebelumnya.

 

VAKSIN MENGHIDUPKAN ANTIBODI PELINDUNG MELAWAN VIRUS

Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin mengandung bakteri atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan. Jika ia dimasukkan kedalam tubuh maka vaksin akan merangsang system kekebalan tubuh memproduksi Antibodi melawan menaklukkan sang bakteri atau virus.

Vaksin digunakan jika terjadi wabah luas yang berskala terbatas/epidemic atau lintas benua/ Pandemi yang belum ditemukan obatnya. Yang jika tidak ditemukan Vaksinnya maka wabah akan meluas tidak terkendali.

Dunia sesungguhnya sudah akrab dengan Vaksin sebagai cara untuk menghentikan penularan penyakit. Kita mengenal Vaksin Cacar, Vaksin Polio, Vaksin BCG, Vaksin DPT, Vaksin SARS, Vaksin Meningitis.

Penyakit akibat virus Covid-19 BERBEDA DENGAN penyakit akibat virus lainnya. Masa inkubasi 14 hari diikuti keharusan Isolasi bagi yang terpapar atau perawatan bagi yang jatuh sakit karena Virusnya yang sangat Infektius atau sangat mudah menular dan ganas. Dampak penyakitnya berakibat kepada aspek Ekonomi, Pendidikan, Keagamaan, Sosial hingga PHK dan Kemiskinan.

Semua usia bisa terpapar dan terancam kesehatannya. Penelitian Balitbang Kemenkes menemukan 53,9% kasus terkonfirmasi Covid-19 adalah kelompok usia 6-45 tahun. Kelompok ini aktifitasnya banyak terutama diluar rumah.

Sementara itu, lebih 70% kematian terjadi pada kelompok usia diatas 46 tahun termasuk yang berusia lanjut dan memiliki penyakit kronis.

Yang muda terinfeksi, yang tua yang Meninggal.

 

VAKSINASI ADALAH PILIHAN TERBAIK

Majalah popular Amerika Serikat, Newsweek 17 Maret 2020 dengan judul sampul “How Soon Will Doctors Find An Answer”, tentu maksudnya menantang dunia kedokteran untuk menemukan Obat atau Vaksin untuk melawan virus Covid-19 yang mulai terbaca trend eskalasi infeksinya.

Yang menarik didalam majalah tersebut ada artikel berjudul “Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet

Muhammad Thought Otherwise” yang ditulis oleh Prof.Craig Considine, seorang Sosiolog Amerika yang juga seorang influencer global dari Rice University, Houston Texas.

Prof.Craig Considine mendalami Pluralisme Agama, Hubungan Kristen-Islam, Islamophobia, dan tentang Nabi Muhammad SAW. Sebagai influencer, ia punya ratusan ribu pengikut di Twitternya, Instagram, Facebook dan Youtube. Opini meluas keberbagai media global seperti New York Times, CNN, Al Jazeera, Newsweek, BBC, CBS News, Washington Post, France-24 dan banyak lagi.

Craig menulis “Bisakah Kekuatan Doa Sendiri Menghentikan Pandemi seperti Coronavirus? Bahkan Nabi Muhammad Berpikir sebaliknya”.

Tentu ini bisa membantu sebagian masyarakat yang hanya mengandalkan Do’a melindungi diri dari paparan Virus Covid-19 yang kini berseliweran diantara anggota masyarakat.

Repotnya sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menyadari dan tidak pula terlihat gejalanya sehingga tanpa sadar telah menularkan kepada yang lain yang sangat mungkin adalah rekan sekerja, bahkan serumah dan keluarga.

Dalam tulisannya Prof.Craig bertanya “Apakah Anda tahu siapa lagi yang menyarankan kebersihan dan karantina yang baik selama pandemi?,”. Dijawabnya sendiri “Muhammad, Nabi umat Islam, lebih dari 1.300 tahun silam”. Nabi Muhammad katanya bukanlah seorang ahli tradisional dalam soal penyakit mematikan. Namun, tulisnya, “Nabi Muhammad telah menyampaikan nasihat yang sangat baik untuk mencegah dan memerangi perkembangan [penyakit mematikan] seperti Covid-19.”

Prof.Craig menyebut nasihat, dengan mengutip hadits yang dia maksud. Muhammad bersabda: “Jika engkau mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu”. (dikutip dari hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim)

Masih mengutip hadits, Craig berkata: “Mereka yang telah terinfeksi penyakit menular, harus dijauhkan dari yang sehat’.” Dikutip dari HR.Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah.

Praktik itu telah digunakan saat terjadi Wabah Tha’un di Negeri Syam (suatu wilayah diantara Israel, Jordania dan Syria) sekitar abad ke-7. Dimana yang sehat terselamatkan dari wabah penyakit. Dan yang sakit ditangani secara seksama sesuai kemampuan ketika itu.

Lalu, secara retoris Craig bertanya, bagaimana jika seseorang jatuh sakit? Nasihat apa yang akan diberikan Nabi Muhammad kepada sesama manusia yang sedang didera rasa sakit?. Jawabannya adalah: “Dia (Nabi Muhammad) akan mendorong untuk mencari perawatan medis.”.

Dr.Craig pun mengutip hadits yang sangat terkenal. “Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Tuhan tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit usia tua (pikun).” (Hadits diriwayatkan Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah).

Artikel Prof.Craig, sepenuhnya berbagi tentang Sang Nabi dan sabdanya yang sangat diperlukan umat manusia, hari-hari ini.

Prof.Craig menekankan satu poin penting bahwa Nabi Muhammad mengajar bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.

SEMOGA PESAN PROF CRAIG MENAMBAH KEYAKINAN UNTUK VAKSINASI.

Sumber: kanal-kesehatan.com

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *