Saya TIDAK Butuh Pemerintah

Saya TIDAK Butuh Pemerintah
Saya TIDAK Butuh Pemerintah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Tere Liye

Hajinews.id – Tulisan ini sangat menyebalkan, jadi kalau kamu baper-an, apalagi mencr3t-an, mending tidak usah baca. Nah, jika kamu baca, pastikan sampai selesai, disimak setiap kalimatnya.

Apa yang hendak saya tulis? Simpel: saya TIDAK butuh pemerintah.
1. Harga minyak goreng mahal? 
Sorry, saya sudah biasa makan-makanan direbus, seafood, makanan super mahal di hotel-hotel. Dan please deh, kalaupun Saya mau gorengan, Saya bisa beli minyak harga 1 juta per liter. Easy.
2. Jaminan Hari Tua baru bisa dicairkan usia 56 tahun. Asuransi Jiwasraya, dll tidak bisa cair? 
So what? Sorry, Saya bukan pegawai receh, cuy. Saya pekerja kreatif, pemilik perusahaan. Produk saya dijual secara internasional. BPJS? Astaga, yang ada rumusnya, Saya yang ngasih jaminan hari tua ke orang lain. Termasuk biaya berobat, dll.
3. Susah nyari kerja. Kena PHK? 
Waduh, sorry, my friend. Tidak ada rumusnya Saya nyari pekerjaan. Yang ada, Saya yang ngasih. Dan Saya yang PHK orang-orang. Saya tidak butuh pemerintah soal beginian.
4. Premium, Pertalite dihilangkan?
Tidak ngaruh. Sudah sejak lama, bahkan buat ngisi kolam di rumah Saya pakai RON 98. Saya baru ngeh ternyata di SPBU Pertamina itu masih ada BBM mutu rendah? Kasihan sekali. Sudah mutu rendah, dijual mahal pulak.
5. Perlindungan hukum atas karya-karya saya? 
Ini mungkin Saya butuh pemerintah. Tapi setelah dipikir-pikir, buat apa? Lihat, buku-buku Saya dibajak dimana-mana. Saat lapor bahkan ke level Menteri, kagak diurus sama mereka. Jadi sorry, Saya tidak butuh pemerintah. Saya bisa urus sendiri. Saya perang dengan pembajak ini lewat akun-akun medsos, lewat buku-buku murah. Lebih efektif malah. Sudah 1.000 lebih toko-toko ini di ban/remove, meski terus muncul lagi. Tidak masalah, minimal ada kemajuan.
6. Pendidikan keluarga. Kesehatan keluarga?
Ciyus, Saya butuh pemerintah soal beginian? Saya bisa mendidik anak-anak Saya di sekolah swasta top. Bahkan bila perlu, kirim ke planet Mars, University of Guardian of The Galaxy. Termasuk kesehatan, kirim ke manalah buat berobat.
7. Regulasi utk industri bisnis saya? 
Apalagi yang ini, tidak butuh pemerintah. Pekerjaan Saya adalah industri kreatif. Kagak butuh pemerintah, sudah jalan sendiri. Tahan banting, berjuang sendiri. Bisa jualan secara internasional. Yang ada, pemerintah malah rese’, dipajakin, diatur-atur, dibuat susah. Besok-besok, jika mereka tambah eror, bahkan penulis harus punya sertifikat menulis. Duuh, pemerintah cuma jadi benalu. Ngerepotin.
Maka, sejatinya, saya TIDAK butuh pemerintah. Ujung ke ujung. Hidup Saya baik-baik saja tanpa pemerintah. Listrik? Saya bisa bikin sendiri itu pembangkit listrik. Telepon? Waduh, bisa pakai telepon satelit. Atau jika memang mereka batasi, Saya pindah saja ke LN. Makan? Sandang? Papan? Lebih-lebih yang ini. Bisa mandiri.
Seumur hidup saya tinggal di negeri ini, yang terjadi adalah: Hidup saya di-rese’in sama pemerintah. Sudah capek-capek bayar pajak, masih juga dirugikan ini dan itu.
Sungguh, duhai netizen, puluhan juta penduduk Indonesia itu tidak butuh pemerintah. Dan mereka baik-baik saja. Mungkin termasuk kamu yang baca. Kamu tidak butuh pemerintah. Kamu malah tekor jadi WNI. Bayar pajak gede, iuran ini, iuran itu, wajib blas, gaji dipotong, bukannya sejahtera, malah sakit hati. Dibuat susah.
Nah, tapi kenapa kita tetap punya pemerintah? Kenapa kita tetap harus NKRI? Kenapa? KENAPAAA?
Karena eh karena, kalaupun Tere Liye tidak butuh pemerintah, puluhan juta orang lain butuh. Orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka butuh. Pengangguran susah nyari pekerjaan. Mereka butuh. Korban PHK, orang tua jompo, anak yatim piatu, dll, dsbgnya. Bahkan Harun Masiku, Juliari Batubara, Edhy Prabowo, mereka butuh pemerintah. Supaya bisa korup dan nyuap.
Jutaan penduduk Indonesia lain, mereka butuh akses pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum. Pemerintah bisa membuat yang kaya tidak memakan yang miskin. Pemerintah bisa menjaga yang kuat tidak mengunyah yang lemah. Bukan malah: membiarkan yang kaya/kuat, dikasih panggung biar menghabisi yang lemah/miskin. ‘Dilegalkan’ bisa memeras wong cilik. Kebalik cuy.
Seriusan loh, tidakkah orang-orang ini paham apa sih tugas pemerintah? Kamu tidak suka jika harga-harga barang di Indonesia ini murah? Kamu tidak senang jika wong cilik dimudahkan dalam setiap urusan? Dilindungi?
Kamu kok malah senang jika dibuat susahDan sungguh, kamu kok senang lihat harga-harga barang mahal? Kamu selalu saja ada alasan pembelaannya. Kamu itu teh pembantu, atau sopir, atau siapanya para oligarki itu? Kok goblok tenan. Harga minyak goreng mahal, apa komen kamu? ‘Salah sendiri, kenapa masak digoreng.’ Astaga, kamu tidak mau jika minyak goreng murah? Itu kebutuhan wong cilik. Adalah kewajiban pemerintah membuat mereka bahagia.
Atau sebenarnya kamu-kamu ini penipu semua. Ngaku demokrasi, ngaku NKRI, tapi sejatinya kamu pendukung dinasti kerajaan. Ngaku-ngaku NKRI harga mati, tapi mental kamu itu sebenarnya oportunis dan pengemis. Besok-besok berharap jadi komisaris. Sungguh amis!
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *