Bidadari Surga

Bidadari Surga
Bidadari Surga
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ustadz M. Nashihuddin (Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jakarta Timur)

Hajinews.id – Hidup di Dunia hanya sebentar tidak abadi, terbatas oleh ruang waktu. Namun hidup di surga bebas, abadi dan selalu ditemani oleh bidadari suci. Surga bisa diperoleh dengan amalan amalan sunnah di bulan Ramadan. Sungguh, inilah kenikmatan dan Kehidupan yang hakiki.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Artinya: “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 25)

Adapun kenikmatan surga telah banyak disebutkan dalam Alquran dan Alhadits yang menggambarkan betapa indahnya dan nikmatnya di sana. Kesuksesan dan kenyamanan yang sebenarnya adalah ketika kita masuk syurga tanpa hisab bersama keluarga sebenarnya.

1. Di surga ditemani Bidadari

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَـنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).”

هُمْ وَاَ زْوَا جُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَ رَآئِكِ مُتَّكِــئُوْنَ
“Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 55-56)

2. Di surga hidup mewah berhiaskan emas

جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّلُـؤْلُؤًا ۚ وَلِبَا سُهُمْ فِيْهَا حَرِيْرٌ
“(Mereka akan mendapat) Surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.” (QS. Fatir 35: Ayat 33)

3. Kajian Tafsir Ibnu Katsir, Tentang bidadari, Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا. عُرُبًا أَتْرَابًا. لأصْحَابِ الْيَمِينِ}

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Al-Waqi’ah: 35-38)

Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ}

(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (Shad: 31 -32)

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).

Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi’ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.

Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik.
(Al-Waqi’ah: 22-23)

{إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ}

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka.
(Al-Waqi’ah: 35) Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ‘urban ialah manja.
Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi’ah: 35) Beliau Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“نِسَاءٌ عَجَائِزُ كُنّ فِي الدُّنْيَا عُمْشًا رُمْصًا”

Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.
Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi’ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.

وَقَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيد: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: “يَا أُمَّ فُلَانٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ”. قَالَ: فَوَلَّت تَبْكِي، قَالَ: “أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا}

Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus’ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga.” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ سَهْلٍ الدِّمْيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ هَاشِمٍ الْبَيْرُوتِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {وَحُورٌ عِينٌ} [الْوَاقِعَةِ: 22] ، قَالَ: “حُورٌ: بِيضٌ، عِينٌ: ضِخَامُ الْعُيُونِ، شُفْر الْحَوْرَاءِ بِمَنْزِلَةِ جَنَاحِ النَّسْرِ”. قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: {كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ} [الْوَاقِعَةِ: 23] ، قَالَ: “صَفَاؤُهُنَّ صفاءُ الدَّرِّ الَّذِي فِي الْأَصْدَافِ، الَّذِي لَمْ تَمَسّه الْأَيْدِي”. قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: {فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ} [الرَّحْمَنِ:70] . قَالَ: “خَيّراتُ الْأَخْلَاقِ، حِسان الْوُجُوهِ”. قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: {كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ} [الصَّافَّاتِ: 49] ، قَالَ: “رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدِ الَّذِي رَأَيْتَ فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ مِمَّا يَلِي الْقِشْرَ، وَهُوَ: الغِرْقئُ”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: {عُرُبًا أَتْرَابًا} .قَالَ: “هُنَّ اللَّوَاتِي قُبِضْنَ فِي دَارِ الدُّنْيَا عَجَائِزَ رُمْصًا شُمطًا، خَلَقَهُنَّ اللَّهُ بَعْدَ الْكِبَرِ، فَجَعَلَهُنَّ عَذَارَى عُرُبًا مُتَعَشِّقَاتٍ مُحَبَّبَاتٍ، أَتْرَابًا عَلَى مِيلَادٍ وَاحِدٍ”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ أَمِ الْحُورُ الْعِينِ؟ قَالَ: “بَلْ نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، كَفَضْلِ الظِّهَارَةِ عَلَى الْبِطَانَةِ”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَبِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: “بِصَلَاتِهِنَّ وَصِيَامِهِنَّ وَعِبَادَتِهِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْبَسَ اللَّهُ وُجُوهَهُنَّ النُّورَ، وَأَجْسَادَهُنَّ الْحَرِيرَ، بِيضُ الْأَلْوَانِ، خُضْرُ الثِّيَابِ، صُفْرُ الْحُلِيِّ، مَجَامِرُهُنَّ الدُّرّ، وَأَمْشَاطُهُنَّ الذَّهَبُ، يَقُلْنَ: نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَمُوتُ أَبَدًا، وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْأَسُ أَبَدًا، وَنَحْنُ الْمُقِيمَاتُ فَلَا نَظْعَنُ أَبَدًا، أَلَا وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ أَبَدًا، طُوبَى لِمَنْ كُنَّا لَهُ وَكَانَ لَنَا”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْمَرْأَةُ مِنَّا تَتَزَوَّجُ زَوْجَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ وَالْأَرْبَعَةَ، ثُمَّ تَمُوتُ فَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُونَ مَعَهَا، مَنْ يَكُونُ زَوْجَهَا؟ قَالَ: “يَا أُمَّ سَلَمَةَ، إِنَّهَا تُخَيَّر فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا كَانَ أَحْسَنَ خُلُقًا مَعِي فَزَوِّجْنِيهِ، يَا أُمَّ سَلَمَةَ ذَهَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ”

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: ‘Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli’ (Al-Waqi’ah:22).” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.” Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, “Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah Swt.: ‘laksana mutiara yang tersimpan baik’ (Al-Waqi’ah: 23).” Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan.” Ia bertanya, “Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’ (Ar-Rahman: 70).” Maka beliau Shalallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik.” Ia bertanya kembali, “Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik’ (Ash-Shaffat: 49).” Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya.” Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi’ah: 37) Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, “Mengapa demikian?” Beliau Shalallahu’alaihi Wasallam menjawab: “Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan.

Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkala.”Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia.” Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya.” Dan tersebutlah bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sehubungan dengan hal ini bersabda:

“وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ من أهل الجنة بأزواجهم ومساكنهم، فَيَدْخُلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، وَثِنْتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، بِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا، يَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى مِنْهُمَا فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّل بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهِ سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُس وَإِسْتَبْرَقٍ وَإِنَّهُ لَيَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا مِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخِّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ -يَعْنِي: وَكَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ-فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، وَلَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْتُرُ ذَكَرُه، وَلَا تَشْتَكِي قُبُلها إِلَّا أَنَّهُ لَا مَنِيَّ وَلَا مَنيَّة، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا، فَيَخْرُجُ، فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا جَاءَ وَاحِدَةً قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحْسَنُ مِنْكَ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ”.

Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu.

Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan perawan. Penisnya tidak pernah mengendur dan vaginanya tidak pernah merasa sakit, hanya saja persetubuhan itu tidak mengeluarkan air mani dari kedua belah pihak. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara memanggil yang mengatakan, “Sesungguhnya Kami mengetahui kamu tidak pernah merasa bosan darinya dan dia tidak merasa bosan pula darimu, hanya saja kamu masih mempunyai istri-istri lain selain dia.” Maka untuk itu ia keluar dan mendatangi mereka seorang demi seorang, setiap kali ia mendatangi seseorang dari mereka, istri yang didatanginya mengatakan.”Demi Allah, tiada di dalam surga ini sesuatu pun yang lebih tampan daripada kamu. dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai selain kamu.”

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ دَرَّاج، عَنِ ابْنِ حُجَيرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَهُ: أَنَطأ فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: “نَعَمْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ دَحْمًا دَحْمًا، فَإِذَا قَامَ عَنْهَا رَجَعتْ مُطهَّرة بِكْرًا”

Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris. dari Darij, dari Abu Hujairah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, bahwa Abu Hurairah pernah bertanya, “Apakah kita bersetubuh di dalam surga?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dengan dorongan yang kuat dan kuat sekali, manakala ia berdiri darinya (lalu mengulanginya), ia menjumpainya dalam keadaan perawan kembali seperti semula.

قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ جَابِرٍ الْفَقِيهُ الْبَغْدَادِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الدَّقِيقُ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ إِذَا جَامَعُوا نِسَاءَهُمْ عُدن أَبْكَارًا”

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Jabir Al-Faqih Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik Ad-Daqiqi Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Ma’la ibnu Abdur Rahman Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Asim Al-Ahwal, dari Abul Mutawakkil, dari Abu Sa’id yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga itu setiap kali menyetubuhi istri-istri mereka, dia menjumpainya dalam keadaan perawan.

وَقَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا عِمْران، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يُعْطَى الْمُؤْمِنُ فِي الْجَنَّةِ قُوَّةَ كَذَا وَكَذَا فِي النِّسَاءِ”. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَيُطِيقُ ذَلِكَ؟ قَالَ: “يُعْطَى قُوَّةَ مِائَةٍ”.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran, dari Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda: “Seorang mukmin di dalam surga diberi kekuatan sebanyak anu dan anu terhadap wanita.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah dia kuat melakukannya?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, ‘ Dia diberi kekuatan seratus kali lipat.”

Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abu Daud, dan ia mengatakan bahwa hadis ini sahih garib.

وَرَوَى أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ نَصِلُ إِلَى نِسَائِنَا فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: “إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصِلُ فِي الْيَوْمِ إِلَى مِائَةِ عَذْرَاءَ”

Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Husain ibnu Ali Al-Ju’fi, dari Zaidah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, apakah kita dapat menyetubuhi istri-istri kita di dalam surga?” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar setiap harinya dapat menggauli seratus orang perawan.

Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi mengatakan bahwa hadis ini menurut hemat saya dengan syarat disebutkan di dalam kitab sahih; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{عُرُبًا}

penuh cinta.
(Al-Waqi’ah: 37)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *