Daftar Donatur Palestina
Koalisi partai partai kelihatannya tersendat. Masalahnya selain tak ada kesepakatan mengenai Capres dan Cawapres yang unggul, juga permainan oligarki yang berpengaruh kuat sebagai sumber pendanaan politik menuju 2024. Partai partai itu, kurang percaya diri, mereka sangat berharap untuk bisa menang bila dapat dukungan oligarki sebagai sumber pendanaan politik.
Partai Nasdem misalnya, tersendat sendat membangun koalisi karena pengaruh oligarki menginginkan Cawapres sesuai kehendak oligarki, membuat Surya Paloh terjebak dalam dilemma pilihan berkoalisi dengan Demokrat dan PKS yang masing-masing punya unggulan Cawapres untuk mendampingi Anis Baswedan. Surya Paloh tidak lagi konsisten menyerahkan pilihan Cawapres pada Anis Baswedan. Mungkin mengikuti bisikan oligarki, maka pilihan Surya Paloh pada Puan Maharani untuk jadi Cawapres Anis Baswedan adalah irrasional, mengingat PDIP sebagai partai terbesar dan terkuat.
Seyoginya, partai partai non oligarki percaya diri bersatu membangun koalisi. Berusaha merebut suara sebanyak banyaknya pada Pemilu 2024.
Berdasarkan hasil Pemilu 2019, partai partai non oligarki kurang modal atau tak memenuhi syarat Presidensial threshold 20 % untuk mengusung Capres 2024. Demokrat hanya 7,77 % dan PKS hanya 8,21 %.
PDIP adalah satunya partai yang memenuhi syarat 20 % untuk bisa mengusung sendiri Capres dan Cawapres tanpa koalisi. Inilah keunggulan PDIP yang tak tertandingi, sudah pasti punya Capres sendiri, tinggal menunggu lamaran koalisi partai lain yang punya Cawapres.
Bagaimana konfigurasi koalisi menjelang 2024 masih menunggu waktu. Yang jelas semua hanya sandiwara, keinginan oligarki yang terlaksana.
Lagi lagi oligarki akan berkuasa pada 2024, kalau kekuatan perubahan, tak mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan masa depan Indonesia.
