Hikmah Siang: Ada Seorang Ibu Mengadu Dengan Sangat Sedih

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Bahwa ia tak punya uang untuk mengadakan tahlilan kematian di rumahnya, mau hutang juga susah. Kemudian Seorang ustadz menjelaskan tidak usah mengadakan tahlilan kematian itu, karena itu bukan dari ajaran islam.

Si ibu langsung berbinar mukanya, seketika mukanya ceria. Fitrohnya gembira mengetahui hal yang memberatkan itu bukan kewajiban dalam islam

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ijmak Ulama bahwa Nabi, para sahabat, dan para imam madzhab tidak pernah tahlilan❗️

Tentu sangat tidak diragukan bahwa acara tahlilan tidaklah pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak juga para sahabatnya, tidak juga para tabi’in, dan bahkan tidak juga pernah dilakukan oleh 4 imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafii, dan Ahmad rahimahumullah).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah kehilangan banyak saudara, karib kerabat, dan juga para sahabat beliau yang meninggal di masa kehidupan beliau. Anak-anak beliau (Ruqooyah, Ummu Kaltsum, Zainab, dan Ibrahim radhiallahu ‘anhum) meninggal semasa hidup beliau, akan tetapi tak seorangpun dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Istri beliau yang sangat beliau cintai Khodijah radhiallahu ‘anhaa juga meninggal di masa hidup beliau, akan tetapi sama sekali tidak beliau tahlilkan. Jangankan hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000 bahkan sehari saja tidak beliau tahlilkan. Demikian juga kerabat-kerabat beliau yang beliau cintai meninggal di masa hidup beliau, seperti paman beliau Hamzah bin Abdil Muthholib, sepupu beliau Ja’far bin Abi Thoolib, dan juga sekian banyak sahabat-sahabat beliau yang meninggal di medan pertempuran, tidak seorangpun dari mereka yang ditahlilkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian pula jika kita beranjak kepada zaman al-Khulafaa’ ar-Roosyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali)

Nah lantas apakah acara tahlilan yang tidak dikenal oleh Nabi dan para sahabatnya, bahkan bukan merupakan syari’at tatkala itu, lantas sekarang berubah statusnya menjadi syari’at yang sunnah untuk dilakukan? bahkan wajib? Sehingga jika ditinggalkan maka timbullah celaan?

Masihkah kita akan tetap terus menggandrungi amalan bid’ah ini

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,

وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

“Setiap kesesatan tempatnya di neraka.”

🌍 ittiba.or.id

Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ‘alas Sunnah.

​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *