Mengapa Generasi Sahabat Nabi, Hebat dan Sebagai Generasi Terbaik?

Mengapa Generasi Sahabat Nabi Hebat dan Sebagai Generasi Terbaik
M. Masyrifan Djamil
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Mengapa Generasi Sahabat Nabi, Hebat dan Sebagai Generasi Terbaik?

Oleh: M. Masyrifan Djamil, Pengurus Pusat IPHI

Generasi terbaik adalah generasi Rasulullah ﷺ bersama para sahabatnya mengisi kehebatan generasi kurun itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sungguh menakjubkan memang, di tanah yang tandus, padang pasir yang dominan, tetapi melahirkan generasi demikian. Jumlah pasukan yang sedikit mengalahkan pasukan yang banyak dengan senjata lengkap. Setelah Nabi wafat berhijrah kemana-mana keluar jazirah Arab. Mengajarkan Islam dan kebenaran serta kebaikan kepada umat dan bangsa selain Arab, sehingga kita yang amat jauh di Nusantara memeluk Islam.

Umat Islam membangun Nusantara menjadi negeri yang indah, mayoritas muslim, ramah, relatif makmur dan berhasil mengusir penjajah.

Generasi terbaik disampaikan oleh Rasulullah ﷺ sbb:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dan Muslim)

Mengapa demikian, mari kita urai sebabnya.

  1. Mereka ditempa oleh Rasulullah sehingga imannya amat kuat

Iman yang kuat akan menjadi benteng seseorang terhadap kebatilan, kedurhakaan dan kemungkaran. Karena yakin kepada Allah dan balasan-Nya, ia akan berusaha selalu beramal salih, kepada dirinya, kepada keluarga, saudara, tetangga, teman dan lingkungannya.

Bukti iman seseorang kuat dapat ditengarai dari ucapan dan amalannya, al sebagai berikut:

  • Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, apapun perintah dan larangannya
  • Tidak menyerikatkan Allah (syirik), walaupun itu kebiasaan (tradisi) suku bangsanya (Arab). Banyak kesyirikan masa jahiliah, misal undian untuk berangkat karena soal hari nahas, membuat patung-pating untuk disembah (di sekitar Ka’bah lebih dari 200 berhala dipajang oleh suku quraisy dan suku-suku lainnya)
  • Melaksanakan rukun Islam (lengkap karena ada di Madinah, hanya 400Km ke Makkah untuk berhaji. Namun jika sakit dll sebab yg syar’i boleh tidak haji. Kalau kita hanya yang mampu melaksanakan haji)
  • Tidak berjudi lagi
  • Tidak bergeming diberi uang agar murtad
  • Tidak takut akan dibunuh, tetap iman
  • Tidak grogi dikucilkan keluarga dan tidak dinafkahi
  • Tidak gentar dikucilkan saudara, kawan dan tetangga
  • Tidak mau lagi melakukan kedurhakaan dan keharaman
  • Tidak mau lagi meminum khomar, berzina, memalak/merampok, mengambil barang yang bukan miliknya
  • Tidak mau mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya. Maka dia tidak mau menerima rishwah (sogok, suap, gratifikasi)
  • Ada yang tidak mau menerima jabatan, karena takut kepada Allah, misalnya Ibnu Umar rodliyallahu ‘anhu. Menginspirasi Imam Ghozali untuk mengundurkan diri dari Qodli kerajaan (Ketua MA), lebih menekuni mengurus Madrasahnya dan dakwahnya
  • Tidak mau lagi berkata keras, kasar dan cabul serta bohong (dusta)
  • Tidak mau lagi melakukan tradisi, kebiasaan jaman jahiliyah
  • Menceraikan istri ke 5 (lebih dari 4 orang)
  • Menceraikan salah satu istri yang kakak beradik (di jaman jahiliyah boleh)
  • Tidak malu mempunyai anak perempuan, dirawat dididik dengan baik, tidak dibunuh
  • Menjadi berahlaq baik kepada orang tua dan saudara walaupun beda keyakinan
  • Kalau berjualan tidak mau mengurangi timbangan, menunjukkan cacatnya barang, tawar menawar dengan mudah
  • Tidak mau lagi pinjam uang riba atau miminjamkan uang riba, tidak mau semua yang ada ribanya
  • Berjual beli secara Islam (syar’i)
  • Tidak mau makan makanan haram, baik lidztihi (karena memang zatnya haram) atau diperoleh dengan cara haram
  • Melaksanakan amanah dengan sekuat tenaga
  • Ibadah secara bertahap meniru Rasulullah ﷺ terus menerus sehingga hebat, menghafal Qur’an, tahajud, banyak sedekah
  • Bersaudara karena Allah mempersaudarakan umat Islam
  • Tidak berani memutus silaturrahim hanya karena hal duniawi (misal rebutan harta, wanita dan tahta), karena memutus persaudaraan (karena tali darah atau saudara sebab satu agama, ukhuwah Islamiyah) tidak mungkin masuk surga
  • Takut kepada Allah dan apa-apa yang diminta Allah untuk ditakuti, misalnya azab kubur dan azab di neraka
  • Tidak mau durhaka lagi kepada Allah dan Rasul-Nya setelah beriman dan bertaqwa
  • Rajin berfikir, sembari berdzikir
  • Maka mereka rajin mencari ilmu yang manfaat (ngaji), baik agama atau yang bermanfaat untuk agama (maka generasi sesudahnya banyak hijrah ke luar Arab dan menemukan ilmu yang bermanfaat, misal aljabar, ilmu falak untuk menghitung penanggalan dan peristwa benda langit, tulisan Arab menjadi seperti sekarang – dulunya gundul dan tanpa titik serta harakat)
  • Berani berjihad di jalan Allah ﷻ dan rela mati karena jihad, karena yakin mendapat surga tertinggi, dll

Maka dia menjadi pribadi yang hebat, mempesona. Akibatnya: hidup mereka berkah, tak peduli miskin papa. Karena kaya menurut Rasulullah ﷺ adalah kaya hati, sebagaimana sabdanya

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta benda. Akan tetapi kaya yang sesungguhnya adalah kaya hati.” (HR Bukhari)

  1. Karena mereka yakin tujuan utama adalah memperoleh ridlo Alla

Para sahabat Nabi ﷺ yakin, tujuan terakhir dan paling utama manusia yang beriman dan Islam adalah memperoleh ridlo Allah ﷻ. Dan untuk mendapat Ridlo Allah kemudian dimasukkan surga-Nya, tidak harus berharta atau kaya, miskin bukan halangan.

Allah ﷻ berfirman:

قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١١٩)

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar/tulus ketulusan mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar”. (QS Al-Maidah [5]: 119)

Allah ﷻ juga berfirman :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (QS Al-Fath [48]: 29)

Barangsiapa yang meninggalkan syahwatnya karena Allah dan mengedepankan keridhoan Robbnya di atas hawa nafsunya maka ia meraih keridhoan Allah, dan terwujudkan apa yang ia cita-citakan. Rasulullah ﷺ bersabda :

قَالَ رَبُّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ : عَبْدِي تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي، وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Rob kalian ‘azza wajalla berkata : “Hambaku meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya karena mencari keridhoanKu, dan puasa adalah untukKu dan Aku yang akan memberi ganjarannya” (HR Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang shahih)

Wallahu a’lam bish showab

MMD, 6 Rabi’ul Awal 1442 / 23 Oktober 2020

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *