Hikmah Malam : Ketika Orang-orang Baik Diam!

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hikmah malam ini, Diam di hadapan kemunkaran sejatinya adalah kemunkaran itu sendiri. Diam di hadapan pelaku kemunkaran adalah melakukan kemunkaran tersendiri.Diam di hadapan kemunkaran, kezaliman dan kesemena-menaan itu pertanda jika iman sedang mengalami krisis berat. Perlu segera ke bengkel hati sebelum hati mengalami kematiannya.

Hajinews.id – Ada sebuah ungkapan Inggris mengatakan “enough for evil to thrive when the good people do nothing”. Arti dari ungkapan ini kira-kira: “cukuplah kejahatan itu akan merajalela ketika orang-orang baik tidak melakukan apa-apa”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam Islam seruan kepada kebaikan dan larangan dari kejahatan atau keburukan menjadi salah satu fondasinya. Bahkan ada yang mengatakan seandainya ada rukun Islam yang keenam maka “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah rukunnya yang keenam.

Al-Quran menyebutkan: “dan hendaklah ada di antara kalian yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari kemungkinan. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Imran: 104).

Lalu pada ayat 110 Allah menyampaikan: “dan kamu adalah Khaer Ummah (Umat terbaik) yang telah dihadirkan untuk manusia. Kamu menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang dari kemunkaran dan beriman kepada Allah”.

Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa suatu ketika Allah memerintahkan malaikat untuk menghancurkan sebuah kota atau kampung (qaryah). Setiba di kampung itu sang malaikat ternyata menemukan ada seorang yang saleh, yang kerjanya hanya beribadah dan berpikir. Malaikat pun menjadi ragu melakukan perintah Allah itu. Maka dia kembali menyampaikan kepada Allah bahwa ada seorang yang ahli ibadah dan zikir di kampung itu. Kalau kampung itu dihancurkan maka dia akan ikut jadi korban.Mengejutkan, Allah ternyata berkata kepada sang malaikat itu: “hancurkanlah dulu orang itu. Karena dia sadar akan agama dan Tuhan, tapi tidak peduli dengan berbagai kejahatan dan dosa di kampung itu”.

Di tengah dunia yang penuh goncangan dan fitnah saat ini, kewajiban mendasar Islam ini perlu diambil secara serius. Diam di hadapan kemunkaran sejatinya adalah kemunkaran itu sendiri. Diam di hadapan pelaku kemunkaran adalah melakukan kemunkaran tersendiri.

Berbagai kezaliman dan ketidakadilan yang tidak saja tanpa lagi malu-malu dipertontonkan. Kezaliman dan ketidakadilan serta kesemena-menaan sebagian orang saat ini bahkan direkayasa diputar balik seolah kebaikan. Menzalimi orang lain tidak jarang dijuluki dengan menjaga keamanan, kedamaian, dan stabilitas.

Di sinilah kewajiban amar ma’ruf nahi mungkin menjadi semakin menemukan tantangannya. Dan orang-orang beriman yang merasa mewakili kebenaran dan kebaikan secara langsung tertantang untuk bangkit dan menyuarakan resistensi itu.

Tentu kita sadar dan harus saling mengingatkan bahwa dalam prosesnya amar ma’ruf dan nahi munkar harus tetap menjaga norma-norma “al-ma’ruf” sehingga prosesnya justru tidak menjadi “al-munkar” dengan sendirinya.

Artinya, amar ma’ruf dan nahi munkar itu harus dilakukan dalam bingkai akhlakul karimah. Yaitu bersifat positif dan konstruktif. Tidak negatif dan destruktif. Dan pastinya dengan pertimbangan asas “dar’u al-mafasid wa jalbu al-mafasid”. Yaitu pertimbangan yang selalu mengedepankan manfaat dan menghindari mudhorat yang lebih besar.

 

Diam di hadapan kemunkaran sejatinya adalah kemunkaran itu sendiri. Diam di hadapan pelaku kemunkaran adalah melakukan kemunkaran tersendiri.

 

Khusus dalam konteks keIndonesiaan pastinya proses amar ma’ruf dan nahi munkar juga tidak boleh keluar dari batas-batas aturan/hukum nasional yang disepakati. Maknanya bahwa perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tetap harus memperhatikan aspek konstitusionalnya.

 

Intinya adalah semua orang yang ada setitik cahaya Iman di dadanya wajib menyampaikan resistensi (penentangan) kepada kezaliman dan kesemena-semenaan sebagian manusia. Siapa pun yang pelakunya, termasuk mereka yang sedang diamanahi oleh Allah dengan otoritas atau kekuasaan.

 

Hadis populer yang kita kenal menyatakan: “siapa yang melihat kemunkaran di antara kalian maka hendaklah diubah dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya. Dan Jika masih tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman”.

( Sumber Shamsi Ali/Presiden Nusantara Foundation).

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *