Rupiah Kian Melemah, Kritik Pengamat Terhadap Menteri Keuangan Sri Mulyani

Rupiah Kian Melemah
Rupiah Kian Melemah. Ilustrasi: tempo


banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Defisit Transaksi Berjalan Naik

Hajinews.co.idTak ayal, defisit transaksi berjalan terus bertambah. Pada tahun 2023, Indonesia akan mencatat defisit transaksi berjalan sebesar 0,1% PDB. Defisit ini disebabkan oleh anjloknya harga komoditas dunia sehingga berdampak pada ekspor negara tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada 2024, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi. “Diperkirakan defisit ini akan berada dalam kisaran 0,1% hingga 0,9% dari PDB, menandakan manajemen keuangan negara memburuk,” ujarnya.

Achmad juga membeberkan kinerja neraca perdagangan yang tumbuh positif namun kurang berkesan. Di mana pada Januari 2024, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,01 miliar. “Ini menunjukkan penurunan dari US$ 3,31 miliar yang dicatat pada Desember 2023. Pada periode yang sama, surplus diperoleh terutama dari komoditas non-minyak dan gas seperti bahan bakar mineral seperti nikel ore dan bauksit serta minyak lemak hewan dan nabati, juga besi dan baja,” kata dia.

Karenanya dia menilai Indonesia membutuhkan reformasi ekonomi. “Fokusnya Menteri Keuangan kepada perbandingan yang sempit itu dapat mengalihkan perhatian dari kebutuhan untuk reformasi ekonomi yang lebih substantif,” ujar Achmad.

Ketidakseriusan dalam menghadapi pelemahan rupiah juga mencerminkan kegagalan dalam mengatasi masalah ekonomi yang lebih kompleks. Padahal, fokus yang sempit pada perbandingan nilai tukar dapat mengaburkan gambaran yang lebih besar, terutama masalah seperti ketergantungan yang tinggi terhadap utang luar negeri.

“Utang ini membebani anggaran negara dengan pembayaran bunga yang besar, membatasi kemampuan pemerintah untuk berinvestasi dalam pembangunan ekonomi domestik,” katanya.

Demikian pula, defisit transaksi berjalan yang terus menerus mencerminkan ketidakseimbangan antara impor dan ekspor, yang menunjukkan kekurangan dalam daya saing produk domestik atau ketergantungan pada impor.

Ketidakseimbangan neraca perdagangan ini memperparah tekanan pada rupiah, membuat ekonomi Indonesia lebih rentan terhadap guncangan eksternal. “Sehingga, sangat penting untuk melakukan reformasi ekonomi yang lebih mendalam dan berkelanjutan, bukan hanya merespons fluktuasi nilai tukar semata. Kita perlu mendorong peningkatan produksi domestik dan diversifikasi ekspor untuk mencapai keseimbangan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan,” tegasnya.

Sumber: liputan6

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *