Hattrick Deflasi, Ekonomi Indonesia Depresi

Ilustrasi pedagang sayuran. Foto: Dok Pixabay
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id – Deflasi terjadi untuk ketiga kalinya secara beruntun sepanjang kuartal III/2020, atau selama periode Juli, Agustus dan September. Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai, hattrick deflasi ini menunjukkan Indonesia mengalami depresi yang luar biasa.

“Deflasi yang berkelanjutan bisa mengarah pada indikasi adanya depresi ekonomi. Kita tidak sedang menghadapi resesi tapi depresi,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disebutkan, pada 1930 pernah terjadi depresi secara global yang terjadi di banyak negara. “Tahun 1930 terjadi depresi, indikasi globalnya adalah adanya deflasi di banyak negara,” katanya.

Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah berpandangan deflasi yang terjadi merupakan hal yang wajar. Ini karena terjadi deman yang rendah karena menurunnya daya beli masyarakat kelompok bawah.

“Sementara di sisi lain masyarakat menengah atas masih menahan konsumsi akibat wabah,” katanya.

Sementara Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, imbas pandemi Covid-19 menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi.

“Ini karena sisi permintaan perekonomian belum pulih,” ujarnya.

Dia menjelaskan, selama pertumbuhan ekonomi negatif, maka selama ini pula daya beli masyarakat masih lemah.

“Sepanjang pertumbuhan masih negatif, inflasi akan rendah dan konteks ini tiga bulan berturut-turut deflasi kecil. Jadi sinyal pemerintah interpretasinya sisi permintaan masih belum pulih,” katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka deflasi pada September 2020 sebesar 0,05 persen. Deflasi ini menjadi yang ketiga kalinya secara beruntun sepanjang kuartal III/2020.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, deflasi yang terjadi selama kuartal ketiga tahun ini mengindikasikan daya beli masyarakat Indonesia yang sangat lemah pada masa pandemi Covid-19.

“Di sisi lain, pasokan terbilang cukup dengan adanya penurunan harga dari beberapa komoditas,” tukasnya.

Adapun dari 90 kota IHK, 56 kota terjadi deflasi, dan 34 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen, dan deflasi terendah terjadi di Bukittinggi, Jember, dan Singkawang masing-masing 0,01 persen. (mh)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *