Kultum 444: Sempurnanya Umur Panjang  

Amir bin Abd Qais
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah merenungkan tentang kematian. Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong kita untuk sering merenungkan kematian dan bersiap untuk itu dengan berbagai perbuatan baik. Ini dianggap sebagai tanda kebaikan.

Ibn Umar melaporkan, “Saya datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan saya adalah kesepuluh dari sepuluh orang pertama yang memeluk Islam. Seorang pria dari kalangan anshar bangkit dan berkata, “Wahai Nabi Allah, siapa yang paling arif dan paling bijaksana di antara manusia?” Dia menjawab, “Mereka yang paling sadar akan kematian dan mempersiapkan diri untuk itu. Mereka adalah orang-orang yang paling bijaksana dan akan mendapatkan kehormatan di dunia ini dan pahala yang besar di akhirat”. Ibnu Umar juga mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Anda harus ingat realitas yang mengakhiri semua kesenangan dan kesenangan duniawi, yaitu kematian”.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan firman Allah berikut,

فَمَنۡ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنۡ يَّهۡدِيَهٗ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهٗ

لِلۡاِسۡلَامِ‌ۚ وَمَنۡ يُّرِدۡ اَنۡ يُّضِلَّهٗ يَجۡعَلۡ

صَدۡرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى

السَّمَآءِ‌ؕ كَذٰلِكَ يَجۡعَلُ اللّٰهُ الرِّجۡسَ

عَلَى الَّذِيۡنَ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ

Artinya:

Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (QS. Al-An’am, ayat 125).

Para sahabat bertanya, “Apakah ada bukti tentang ini (dalam kehidupan seorang Muslim)?” Dia menjawab, “Selalu waspada akan kehidupan abadi di akhirat, dan tetap waspada dalam kehidupan khayalan ini, dan mempersiapkan diri untuk kematian sebelum datang”. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui berbagai rantai yang masing-masing saling menguatkan (Vol. 4, Hlm. 13a).

Meski sering merenungkan kematian, adalah tidak layak bagi seorang Muslim menginginkan kematian. Adalah makruh atau “tidak disuka” untuk mengharapkan kematian seseorang, atau berdoa kepada Allah untuk itu, karena kemiskinan, kesusahan, penyakit, atau sejenisnya. Enam penyusun kanonik hadits meriwayatkan atas otoritas Anas bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah seorang pun di antara kamu mengharapkan kematian karena kesulitan apa pun yang mungkin menimpanya. Tetapi jika seseorang tidak memiliki pilihan lain, selain untuk melakukannya (menjalaninya), seseorang harus mengatakan, ‘Ya Allah! Beri aku hidup selama hidup itu baik bagiku, dan matikan aku ketika kematian lebih baik bagiku’”.

Kebijaksanaan dalam larangan mengharapkan kematian menjadi jelas dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Umm al-Fadl, “Nabi saw, pergi menemui Al-‘Abbas. Dia menemukannya berharap untuk mati. Kemudian Nabi berkata, ‘Wahai Abbas! Wahai Paman Rasulullah! Jangan mengharapkan kematian. Jika anda berbuat baik dan panjang umur, kebaikan anda akan berlipat ganda. Maka itu lebih baik bagi anda. Jika anda tidak baik dan kematian anda tertunda, anda boleh mintalah ampun kepada Allah. Itu lebih baik bagimu. Maka janganlah kamu mengharapkan kematian’” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *