Kultum 457: Mengenal Miqat dalam Berhaji dan Berumrah

Mengenal Miqat dalam Berhaji dan Berumrah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Kata ‘miqat’ yang bentuk jamaknya ‘mawaqit’ secara leksikal berarti ‘batas’, dan batas ini merupakan ‘batas waktu’ dan ‘batas tempat’. Batas batas ini ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pintu masuk untuk memulai haji atau umrah. Setelah mengambil miqat dan berpakaian ihram, jamaah menuju Baitullah dan mulai dari saat itulah berlaku larangan tertentu dalam berihram.

Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani adalah batas waktu melaksanakan haji, yang dimulai sejak tanggal 1 Syawal hingga terbit fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. Miqat zamani merupakan ketentuan waktu untuk melaksanakan ibadah haji. Adapun untuk umrah, miqat zamani berlaku sepanjang tahun. Dalam hal ini Allah Subahanhu wata’ala berfirman,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ

مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

Artinya:

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah, “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji – – – ” (QS. al-Baqarah, ayat 189).

Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman,  الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ  “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi…” (QS. al-Baqarah, ayat 197). Sementara itu, Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

أَشْهُرُ الْحَجِّ شَوَّالٌ وَذُو الْقَعْدَةِ

وَعَشْرٌ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ

Artinya:

Bulan-bulan haji ialah Syawwal, Dzul Qa’dah dan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah.

Sambung dengan itu, Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ لاَ يُحْرِمَ بِالْحَجِّ

إِلاَّ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ

Artinya:

Termasuk Sunnah ialah tidak berihram untuk haji kecuali pada bulan-bulan haji (Mukhtashar Shahiih al-Bukhari 311, hlm. 372 dan Shahiih al-Bukhari III/319).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *