Kultum 459: Sejarah Berbagai Ritual Haji

Sejarah Berbagai Ritual Haji
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Mungkin karena belum paham atau belum membaca sejarahnya, sehingga masih banyak umat Muslim (dan tentu saja terlebih lagi umat non-Muslim), ingin tahu tentang sejarah haji dan berbagai kegiatan ritualnya. Sepintas memang berbagai kegiatan dan ritual dalam manasik (pelaksanaan) haji memang tampak lucu, aneh, bahkan irasional. Misalnya, umat Islam melakukan saa’i, yakni berlari-lari kecil di antara al-Safa dan al-Marwah.

Ada juga ritual seperti (rajam) Jamaraat, thawaf, berdiri di ‘Arafah, minum air Zamzam, bermalam di Mina dan Muzdalifah , menyembelih hadyu, dan sebagainya. Salah satu hal yang sudah menjadi kesepakatan ulama di antara semua Muslim, dari sejak dulu hingga sekarang, adalah bahwa haji atau ziarah ke Rumah Suci Allah adalah salah satu dari lima rukun Islam, sebagaimana dibuktikan dalam al-Shahihain dari hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu dan lainnya.

Telah dijelaskan dan diketahui bahwa haji, seperti ibadah lainnya, melibatkan tindakan khusus, dan setiap tindakan ini harus dilakukan dengan cara yang ditentukan, seperti memasuki ihram dari miqat, thawaf, sa’i antara al-Safa dan al- Marwah, berdiri di ‘Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar Jamarat, menyembelih hewan kurban, dan amalan haji lainnya yang sudah dikenal. Semua itu dilakukan para jamaah haji berdasarkan dalil-dali dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih.

Semua tindakan ini harus dilakukan sesuai dengan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada sangat banyak hadits yang menjelaskan haji Nabi; ini telah disusun oleh Imam Ibn al-Qayyim dalam Zaad al-Ma’ad dan oleh al-Hafiz Ibn Katsir dalam bukunya al-Bidayah wa’l-Nihaayah. Para ulama juga telah menjelaskan hukum-hukum yang diturunkan dari hadits-hadits ini. Umat Muslim harus memperhatikan dan mempelajari hukum-hukum ini serta bertindak atas dasar hukum-hukum tersebut.

Kemudian kita harus ingat bahwa tujuan dasar dari tindakan haji adalah untuk menegakkan perintah dan mengingat Allah, sebagaimana Allah berfirman,

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلًا

مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَاِذَآ اَفَضْتُمْ مِّنْ عَرَفَاتٍ

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ

وَاذْكُرُوْهُ كَمَا هَدٰىكُمْ ۚ وَاِنْ كُنْتُمْ مِّنْ

قَبْلِهٖ لَمِنَ الضَّاۤلِّيْنَ

Artinya:

Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu (QS. Al-Baqarah, ayat 198).

Jadi, ketika kita semua telah menyelesaikan Manasik (ritual haji), kita harus mengingat Allah seperti kita mengingat nenek moyang kita atau dengan mengingat yang jauh lebih banyak lagi. Meski demikian, di antara manusia ada yang mengatakan, “Ya Tuhan kami! Berikan kami (Hadiah-Mu) di dunia ini!” Mereka yang demikian ini tidak akan mendapat bagian/imbalan di akhirat nanti. Allah berfirman,

فَاِذَا قَضَيْتُمْ مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ

كَذِكْرِكُمْ اٰبَاۤءَكُمْ اَوْ اَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ

النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا

وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

Artinya:

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun (QS. Al-Baqarah, ayat 200).

Sementara itu, kita harus mengingat Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, dan barangsiapa tergesa-gesa keluar dalam dua hari, maka tidak ada dosa baginya dan barang siapa yang tetap tinggal, tidak ada dosa baginya, jika tujuannya adalah untuk berbuat baik dan mentaati Allah (takut kepada-Nya), dan mengetahui bahwa kita pasti akan dikumpulkan kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam (QS. al-Baqarah, ayat 203).

Diriwayatkan bahwa ‘A’isyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Tawaaf di sekitar Rumah Allah (Ka’bah) dan sa’i antara al-Safa dan al-Marwah dan rajam jamaraat hanya disyariatkan agar mengingat Allah dapat ditegakkan”. Itu digolongkan sebagai mu’allaq oleh al-Bayhaqi (5/145) dan diriwayatkan sebagai laporan marfu’. Jadi seorang Muslim memuliakan ritual haji karena Allah telah memerintahkannya untuk memuliakannya, sebagaimana Allah berfirman, “Demikianlah (perintah Allah) dan barang siapa yang memuliakan syiar Allah, maka itu benar-benar dari ketaqwaan hati” (QS. al-Hajj, ayat 32).

Jadi yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa dasar suatu ibadah adalah sesuatu yang rasional dan dapat dipahami, yakni penyerahan diri hamba kepada Tuhannya dan ketaatan kepada-Nya. Doa-doa yang melibatkan kerendahan hati dan ketundukan diri itulah yang dimaksud dengan kata ‘ibadah, sebagaimana zakat melibatkan “kebaikan dan membantu orang miskin”. Adapun tentang amalan yang bersifat ritual adalah berdasarkan perintah dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, yang semua itu menceritakan tentang sejarah tentang apa yang dilakukan nabi Ibrahim dan keluarganya. Jadi doa doa dan ritual itu merupakan meniru atau ‘napak tilas’ doa dan amalan nabi Ibrahim dan keluarganya pada jaman dahulu. Allahu ya’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini membuat kita bersyukur atas hidayah Allah Subhanahu wata’ala, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                    —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *